TAFSIR AL-QUR’AN TENTANG KHALIFAH
1.
Tafsir
Al-Baqarah ayat 30-34
ü
Ayat 30
øÎ)ur
tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
30. Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan satu khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kelompok
ayat ini dimulai dengan penyampaian keputusan Allah kepada para malaikat
tentang rencana-Nya menciptakan manusia di bumi. Penyampaian kepada mereka
penting karena malaikat akan dibebani sekian tugas menyangkut manusia; ada yang
akan bertugas mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas memeliharanya, ada
yang membimbingnya, dan sebagainya. Penyampaian itu juga, kelak ketika
diketahui manusia, akan mengantarkannya bersyukur kepada Allah atas
anugerah-Nya yang tersimpul dalam dialog Allah dengan para malaikat "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Demikian
penyampaian Allah SWT. Mendengar rencana
tersebut, para malaikat bertanya tentang makna penciptaan tersebut. Mereka
menduga bahwa khalifah ini akan merusak dan menumpahkan darah. Kata “khalifah”
ini mengesankan makna pelerai perselisihan dan penegak hukum sehingga demikian
pasti ada di antara mereka yang berselisih dan menumpahkan darah. Bisa jadi
demikian dugaan malaikat sehingga muncul pertanyya mereka.
Itu
hanya dugaan, namun apa pun latar belakangnya, yang pasti adalah mereka
bertanya kepada Allah bukan berkeberatan atas rencana-Nya.
Apakah, bukan “mengapa”, seperti dalam beberapa terjemahan, “engkau akan menjadikan khalifah di bumi siapa yang
akan merusak dan menumpahkan darah?” bisa saja bukan Adam yang mereka maksud merusak dan
menumpahkan darah, tetapi anak cucunya.
Rupanya
mereka menduga bahwa dunia hanya dibangun dengan tasbih dan tahmid, karena itu
malaikat melanjutkan pertanyaan mereka, sedang kami menyucikan, yakni
menjauhkan Zat, sifat, dan perbuatan-Mu dari segala yang tidak wajar bagi-Mu, sambil
memuji-Mu atas segala nikmat yang engkau anugerahkan kepada kami, termasuk
mengilhami kami menyucikan dan memuji-Mu.
Anda
perhatikan mereka menyucikan terlebih dahulu, baru memuji. Penyucian mereka itu
mencakup penyucian pujian yang mereka ucapkan, jangan sampai pujian tersebut
tidak sesuai dengan kebesaran-Nya. Menggabungkan pujian dan penyucian dengan
mendahulukan penyucian, ditemukan banyak sekali dalam ayat-ayat al-Qur’an.
Selanjutnya,
para malaikat itu menunjuk diri mereka dengan berkata, dan kami juga menyucikan,
yakni membersihkan diri kami sesuai kemampuan yang engkau anugerahkan kepada
kami, dan itu kami lakukan demi untuk-Mu.
Mendengar
pernyataan mereka, Allah menjawab singkat tanpa membenarkan dan menyalahkan
karena memang akan ada di antara yang diciptakan-Nya itu yang berbuat seperti
yang diduga malaikat. Allah menjawab singkat, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Perlu
dicatat bahwa kata (خليفة) khalifah pada mulanya
berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang
sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah di sini dalam
arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan
ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan
manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah SWT bermaksud menguji
manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang
menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.
Betapapun,
ayat ini menunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang
dianugerahkan Allah SWT., makhluk yang diserahi tugas, yakni Adam a.s. dan anak
cucunya, serta wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang terhanpar ini.
Jika
demikian, kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas itu
melaksanakan tuganya sesuai dengan petunjuk Allah yang memberinya tugas dan
wewenang. Kebijaksanan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran
terhadap makna dan tugas kekhalifahan.
Setelah
Allah memberikan jawaban lisan singkat, kini pada ayat berikut disusul dengan
pembuktian konkret menyangkut kewajaran manusia sekaligus ketidakwajaran
malaikat menjadi khalifah di bumi.
ü Ayat 31-32
zN¯=tæur
tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ (#qä9$s% y7oY»ysö6ß w zNù=Ïæ !$uZs9 wÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇÌËÈ
“Dan dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu benar!" Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah
Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana."
Dia yakni Allah mengajar Adam nama-nama benda seluruhnya,
yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata
yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarkannya mengenal fungsi
benda-benda.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia
dianugerahkan Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik
benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin, dan sebagainya. Dia juga
dianugerahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia
(anak kecil) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarkannya
terlebih dahulu nama-nama. Ini Papa, ini Mama, itu mata, itu pena dan
sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami oleh para ulama dari firman-Nya
: Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya.
Setelah
pengajaran Allah dicerna oleh Adam as. Sebagaimana dipahami dari kata kemudian,
Allah mengemukakannya benda-benda itu kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda-benda itu jika
kamu benar dalam dugaan kamu bahwa
kalian lebih wajar menjadi khalifah.”
Sebenarnya,
perintah ini bukan bertujuan penugasan menjawab, tetapi bertujuan membuktikan
kekeliruan mereka.
Mereka para malaikat yang ditanya itu secara tulus menjawab
sambil menyucikan Allah “Mahasuci
engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah engkau
ajarkan kepada kami, sesungguhnya engaku, engkaulah yang maha mengetahui lagi
maha bijaksana.”
Maksud mereka, apa yang engkau tanyakan itu tidak pernah engkau ajarkan kepada
kami. Engkau tidak ajarkan itu kepada kami bukan karena engkau tidak tahu,
tetapi karena ada hikmah di balik itu.
Demikian
jawaban malaikat yang bukan hanya mengaku tidak mengetahui jawaban pertanyaan,
tetapi sekaligus mengakui kelemahan mereka dan kesucian Allah SWT. dari segala
macam kekurangan atau ketidak adilan, sebagaimana dipahami dari penutup ayat
ini.
Benar,
pasti ada hikmah di balik itu. Boleh jadi karena pengetahuan menyangkut apa
yang diajarkan kepada Adam tidak dibutuhkan oleh para malaikat karena tidak
berkaitan dengan fungsi dan tugas mereka. Berbeda dengan manusia, yang dibebani
tugas memakmurkan bumi.
Jwaban
para malaikat, “Sesungguhnya
engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Juga mengandung makna bahwa sumber pengetahuan adalah
Allah SWT. dia juga mengetahui segala sesuatu termasuk siapa yang wajar menjadi
khalifah, dan dia Maha Bijaksana dalam segala tindakan-Nya, termasuk menetapkan
makhluk itu sebagai khalifah. Jwaban mereka ini juga menunjukkan kepribadian
malaikat dan dapat menjadi bukti bahwa pertanyaan mereka pada ayat 31 diatas
bukanlah keberatan sebagaimana diduga sementara orang.
ü Ayat 33
tA$s%
ãPy$t«¯»t Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ
“Allah berfirman:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
Unutk
membuktikan kemampuan khalifah itu kepada malaikat, Dia, yakni Allah
SWT., memerintahkan dengan berfirman : Wahai adam! Beritahukanlah kepada
mereka nama-nama benda-benda itu. Perhatikan! Adam diperintah untuk “memberitahukan”, yakni menyampaikan kepada malaikat, bukan “mengajar”
mereka.
Walaupun
malaikat merupakan makhluk-makhluk suci yang tidak mengenal dosa, mereka tidak
wajar menjadi khalifah karena yang bertugas menyangkut sesuatu haruslah yang
memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan tugasnya.
Khalifah yang akan bertugas dibumi, harus mengenal apa yang ada di bumi, paling
sedikit nama-namanya atau bahkan potensi yang dimilikinya. Ini tidak diketahui oleh
malaikat, tetapi Adam as. Mengetahuinya. Karena itu, dengan jawaban para
malikat sebelum ini dan penyampaian Adam kepada mereka, terbuktilah kewajaran
makhluk yang diciptakan Allah itu untuk menjadi khalifah di dunia.
Maka,
setelah kemampuan Adam as. Terbukti, diberitahukannya kepada mereka para
malaikat nama-nama benda-benda itu, Allah berfirman kepada malaikat, “Bukankah sudah Ku-katakan kepada kamu bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang telah kamu
sembunyikan?” Kita tidak tahu
apa yang dilahirkan dalam ucapan dan tingkah laku malaikat, apakah pertanyaan
yang mereka ajukan itu atau lainnya. Demikan juga kita tidak tahu apa yang
disembunyikannya; yang pasti adalah, apapun yang lahir maupun tersembunyi,
keduanya diketahui Allah dalam tingkat pengetahuan yang sama.
Pemanggilan
khalifah itu dengan namanya yakni “Hai
Adam” mengandung
penghormatan kepadanya serta mengisyaratkan kedekatan yang memanggil terhadap
yang dipanggil. Demikian kesan yang diperoleh sementara ulama.
Ayat
34
øÎ)ur
$oYù=è% Ïps3Í´¯»n=uKù=Ï9 (#rßàfó$# tPyKy (#ÿrßyf|¡sù HwÎ) }§Î=ö/Î) 4n1r& uy9õ3tFó$#ur tb%x.ur z`ÏB úïÍÏÿ»s3ø9$#
“Dan (renungkanlah
pula) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada
Adam," Maka sujudlah mereka pun segera sujud. Tetapi Iblis enggan dan
angkuh. Dan dia termasuk kelompok yang kafir.”
Sebagai
penghormatan kepada sang khalifah yang dianugerahi ilmu dan mendapat tugas
mengelola bumi, Allah SWT. secara langsung dan dengan menggunakan kata “kami”,
yang menunjukkan keagungan-Nya bukan lagi dalam bentuk persona ketiga
sebagaimana dalam ayat 30, Allah secara langsung memerintahkan : Dan
renungkanlah pula ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kepada Adam.”
Para
malaikat menyadari bahwa perintah ini tidak boleh ditangguhkan karena itu
adalah tanda ketaatan dan penyerahan diri kepada-Nya. Maka, mereka pun
segera sujud tanpa menunda atau berfikir, apalagi perintah tersbut langsung
dari Allah SWT. yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, bukan dari siapa yang
bisa jadi keliru, tetapi iblis yang memasukkan dirinya dalam
kelompok malaikat sehingga otomatis dicakup pula oleh perintah tersebut, enggan
dan menolak sujud, bukan karena tidak ingin sujud kepada selain Allah,
tetapi karena dia angkuh, yakni mengabaikan hak pihak lain, dalam hal
ini Adam as. Serta memandangnya rendah sambil menganggap dirinya lebih tinggi.
Jangan
diduga bahwa keengganan ini baru diketahui Allah SWT. ketika itu. Tidak, sebab
memang sejak dahulu, dalam pengetahuan Allah, dia termasuk kelompok
makhluk-makhluk yang kafir.
2.
Surat Al-An’am ayat 165
uqèdur
Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uy öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7/u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ
165. Dan dia lah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu
atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3.
Surat An-Nur ayat
55
ytãur
ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡us9 Îû ÇÚöF{$# $yJ2 y#n=÷tGó$# úïÏ%©!$# `ÏB öNÎgÎ=ö6s% £`uZÅj3uKãs9ur öNçlm; ãNåks]Ï Ï%©!$# 4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãs9ur .`ÏiB Ï÷èt/ öNÎgÏùöqyz $YZøBr& 4 ÓÍ_tRrßç6÷èt w cqä.Îô³ç Î1 $\«øx© 4 `tBur txÿ2 y÷èt/ y7Ï9ºs y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÎÎÈ
55. Dan Allah Telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
4.
Surat Shaad ayat
26
ß¼ãr#y»t
$¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ wur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒt `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7Ïx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqt É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ
26. Hai Daud,
Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan.
Ø Tugas Khalifah dibumi
No comments:
Post a Comment