HARAM COPY PASTE KESELURUHAN

Catatan yang ada diblog ini saya harap jangan di copy paste semua. karena ini arsip pribadi perkuliahan saya. Jika toh memang membutuhkan referensi tambahan dari blog saya ini, cantumkan juga alamat laman ini.
terima kasih..

Tuesday, November 25, 2014

Psikiatri

1.      Definisi
a.       Psikiatri
Psikiatri adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan jiwa, mendiagnosa, penanganan dan pencegahan dari penyakit, gangguan dan kondisi yang mempengaruhi kesehatan mental (seperti depresi, schrizoprenia, dan gangguan obsesif-kompulsi). serta pengaruhnya timbal balik terdapat fungsi-fungsi fisiologis organo-biologis tubuh manusia.
b.      Psikologi
“Psikologi” berasal dari perkataan yunani psyche yang artinya adalah jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi {menurut kata/bahasa} psikologi artinya adalah ilmu yang meneliti atau mempelajari tentang jiwa (sikap dan tingkah laku manusia), sebagai gambaran dari gejala-gejalan kejiwaan yang berada dibelakangnya baik mengenai prosesnya maupun latar belakangnya.
c.       Perbedaan psikiatri dan psikologi
Perbedaan
Psikologi
Psikiatri
Dinamika
Struktur
Metrik
Proses
›  Terjadinya perilaku (dari psikologi ke tindakan nyata)
›  Terdiri dr: Struktur kepribadian, mekanisme pertahanan, dan manifestasi perilaku
›  Memandang scr holistik (utuh)
›  mengukur manusia sebagai persona (kepribadian ) yang utuh /holistik.
›  manusia selalu punya potensi untuk menolong dirinya sendiri(Self Conscious.)
›  Locus Kepribadian terletak di Otak, tanpa Otak, tiada Kepribadian
›  Metode : medikasi ,manipulasi lingkungan, atau psikoterapi psikodinamika.
›  Pemeriksaan fisik umum &  neurologis
›  Wawancara psikiatrik lanjutan
›  Tes psikologis, neurologis atau yang diperlukan
›  klien bukan individu yang mandiri, tetapi individu yang  memerlukan perawatan

d.      Apakah ada perbedaan kajian jiwa antara psikiatri dan psikologi
Psikiatri adalah cabang (spesialisme) dari ilmu kedokteran.karena itu bidangnya yang utama mengenai penyakit-penyakit, dalam hal ini menyangkut jiwa seseorang. Pendekatannya menggunakan medis/kedokteran.
Sedangkan, psikologi mempelajari tingkah laku pada umumnya, jadi tidak hanya mengatasi penyakit-penyakit saja melainkan seorang psikolog lebih banyak berhubungan dengan orang normal dari pada orang sakit.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manisfestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya.
2.      Kesehatan jiwa menurut Al-qur’an dan hadits
Tujuan manusia hidup didunia ini tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun, yang menjadi problem adalah kebahagiaan yang mana dan seperti apa? Apakah kebahagiaan itu dilandasi oleh pemenuhan nafsunya, dimana kecondongannya  “keduniaan/material/lahiriah” semata, yang sering kali menipu manusia dan bersifat semu/sementara. Itu bukanlah kebahagiaan sejati, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang bersifat bathiniah/jiwa yang mana orientasinya adalah keilahian (ketuhanan). Sehingga orang yang tingkat bathiniahnya kuat maka seseorang akan terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa, adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna dan bahagia, serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin.
Islam memberikan berbagai solusi dari sisi keagamaan dan ilmu pengetahuan. Keimanan merupakan pangkal pokok dari semua timbulnya segala penyakit mental, karena dengan keimanan yang baik seseorang dapat megaplikasikan nilai-nilai keimanannya untuk diri sendiri, orang lain dan alam semesta, sehingga terciptalah manusia yang berorientasi kepada kebaikan bersama, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Indikator kesehatan jiwa menurut al-Qur’an dan hadits adalah
ü  Hubungan dengan Allah (hablum minaallah) terjalin dengan baik, menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan mengaplikasikan al-qur’an dan hadits dalam kehidupan sehari. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman (yang artinya, Barangsiapa yang mengikuti petunjuk dari-Ku maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123)
Dan manusia terlahir membawa fitrah yaitu ketauhidan. Allah berfirman : Qs. Ar-rum : 30 Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
ü  Hubungan individu dengan dirinya sendiri, yaitu mampu memksimalkan potensi-potensi yang ada didalam dirinya. Mampu mengaktualisasikan dirinya, mampu mengontrol nafsunya, dan mampu bersabar dalam hal kebahagiaan maupun kesedihan. Rasul bersabda yang Artinya: “Siapa yang Allah kehendaki memperoleh kebaikan maka ia diberi cobaan (musibah)” maka bersabarlah ketika menghadapi musibah sesungguhnya Allah sedang menaikkan derajat kita.
ü  Hubungan individu dengan orang lain, yaitu seseorang bersosial dengan baik, saling kenal-mengenal (berta’aruf satu sama lain/ bersilaturrahim), tidak anti sosial dan saling tolong menolong antar sesama. Allah berfirman yang Artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah : 2)

ü  Hubungan individu dengan alam semesta, yaitu seseorang yang mampu menghormati dan menyayangi semua yang ada didalam alam ini, sesungguhnya semua makhluk Allah itu selalu bertasbih memuliakan-Nya. Sehingga diharapkan seseorang mampu  menyayangi, menjaga, dan tidak merusak alam ini.

Psikoneuroimunologi

1.      Sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh adalah sebuah mekanisme pertahanan tubuh yang melindungi diri dari hal-hal negatif dari luar (ex : bakteri atau virus), yang sifatnya otomatis (tidak perlu diperintah). Jurus/senjata pembunuh akhir dari sistem kekebalan tubuh adalah membentuk sebuah antibodi (termasuk protein) yang akan melawan bakteri/virus yang masuk dalam tubuh. Dan hebatnya adalah sel-sel pertahanan tubuh manusia ini mampu untuk menyimpan memori sehingga jika ada serangan yang sama datang lagi maka sistem kekebalan tubuh manusia tidak kaget dan mudah untuk dilawan.
Dan jika manusia tidak mempunyai sistem kekebalan tubuh atau sistem kekebalan tubuhnya tidak berfungsi maka manusia itu akan segera mati. Disadari atau tidak disadari kita hidup bersama jutaan mikroorganisme (musuh yang tak terhingga banyaknya) yang tidak terlihat oleh kasat mata, dan menakjubkan Allah sudah mempunyai penangkalnya yaitu sistem kekebalan tubuh yang siap berperang melawannya secara otomatis. Allah mengetahui segala sesuatu yang ada didibumi dan dilangit, ini sesuai dengan firmanNya QS. Al-An’am : 101) yang artinya : “... Dia menciptakan segal sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.”
Diantara sistem kekebalan tubuh adalah sebagai berikut : perisi perlindungan tubuh yaitu kulit, perlindungan dalam pernafasan, perlindungan di dalam sistem pencernaan, atau menghancurkan musuh dengan musuh yang lain (virus jahat dari luar yang masuk dalam tubuh akan dilawan oleh virus yang baik dan yang menguntungkan bagi manusia).
2.      Mental/Jiwa
Pada awalnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad/jisim dan ruh. Ketika keduanya bertemu, terbentuklah substansi yang namanya jiwa ini atau bisa disebut nafsani/nafs. Nafs adalah substansi yang terbentuk sebagai hasil ‘perkawinan’ ruh dan jasad, yang memiliki sifat dapat dipengaruhi oleh kondisi tubuh dan kondisi eksternal yang ada dalam diri manusia.
Jiwa manusia sangat dipengaruhi oleh apa yang telah ada dalam potensi asal (fitrah) dan pengaruh eksternal dari lingkungannya. Perpaduan antara apa yang ada dalam diri manusia dan pengaruh eksternal akan melahirkan kondisi jiwa yang berbeda-beda antara manusia satu dengan manusia yang lain.
Bila sesuatu yang sudah ada dalam jiwa itu bertemu dengan dunia eksternal positif, maka jiwa akan bertumbuhkembang menjadi jiwa yang positif, sehat dan kuat. Sebaliknya, bila kondisi dalam yang secara alami positif itu tidak mendapat dukungan positif dari lingkungan, maka jiwa bertumbuhkembang secara tidak optimal, di antaranya berkembanglah apa yang disebut hawa nafsu atau syahwat, dan karenanya akan lahir berbagai perbuatan yang negative bahkan destruktif.
Allah berfirman QS. Asy-Syams : 9-10 yang artinya : “(9). Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (10). dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Dalam menggerakkan tingkah laku dan segala prosesnya, sebagaimana diungkapkan Achmad Mubarok, nafs (jiwa) tidak bekerja secara langsung, karena nafs bukanlah alat, Nafs bekerja melalui jaringan system yang bersifat ruhani. Dalam system nafs terdapat subsistem yang bekerja sebagai alat yang memungkinkan manusia dapat memahami, berfikir, dan merasa, yaitu qalbu, aqal, dan seterusnya.
3.      Psikoneuroimunologi
Psikoneuroimunologi (PNI) adalah ilmu baru di bidang imunologi yang diterima baru pada tahun 2001. Padahal ilmu ini sudah ditemukan pada tahun 1975 yang dipopulerkan oleh Robert Ader.
PNI yaitu ilmu yang mempelajari interaksi/hubungan antara sistem imunitas (kekebalan tubuh) dan perilaku melalui sistem saraf sedangkan imunitas (kekebalan tubuh) berupa suatu jaringan alat tubuh yang melindungi manusia terhadap invasi bakteri, virus, dan benda asing lain yang masuk kedalam tubuh.
Tingkat stres yang tinggi (negatif) yang berlangsung terus menerus atau lama akan berpengaruh buruk kepada kesehatan dan juga dapat merusak otak. Sebaliknya jika seseorang hidupnya tenang, menerima, pasrah, damai, dan bahagia akan berpengaruh baik bagi kesehatan manusia baik fisik maupun otak. Karena itu semua adalah adanya interaksi antara psikologis seseorang dengan tingkat imunitasnya (kekebalan tubuhnya) dan kekebalan tubuh inilah yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau proses pemulihan dari suatu penyakit.

Sistematisnya begini, kondisi psikis akan mempengaruhi saraf dan saraf akan mempengaruhi kelenjar, kelenjar akan mengeluarkan cairan (hormon) dalam tubuh, cairan ini akan mempengaruhi kekebalan tubuh.

ALLAH TIDAK ADIL TAPI ALLAH MAHA ADIL.. LA TAHZAN...


Allah memanglah tidak adil tapi Allah maha adil. Yang namanya maha itu tingkatannya lebih tinggi dari pada umumnya, dan sangat jauh berbeda dari sifat makhluknya.
Seandainya Allah itu adil dalam takaran manusia, maka pasti semua hal disamakan dan tidak dibeda-bedakan. Semua dijadikan kaya, dijadikan sehat, dan dijadikan baik. Tapi mengapa Allah tidak melakukan hal itu, sekali lagi Allah menunjukkan ketidak adilannya tapi Allah menunjukkan ke Maha adilannya.
Semua perbuatanNya tidaklah pernah sia-sia ataupun pasti mempunyai makna dan maksud yang terkadang manusia belum bisa menjangkaunya, makanya Allah dalam al-Qur’an selalu menyindir kita dengan firmanNya “afala ta’qilun”. Allah memposisikan makhluknya / manusia sesuai dengan kadar kemampuan manusia itu sendiri. Manusia disuruh untuk berfikir dan belajar tentang semua hal yang ada didunia ini, agar meningkatkan kualitas diri manusia itu sendiri, dengan mempunyai ilmu maka manusia tidaklah akan tersesat. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 286 : Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
Jika kita merenung dan berfikir sejenak dengan semua takdir dan perbuatanNya, maka kita hanya bisa mengucapkan “SubhanaAllah” “Alhamdulillah” “Allahu Akbar” sungguh takjub, dahsyat dan luar biasa Allah itu. Semua berjalan dengan jalur edarnya masing-masing. Adanya orang kaya untuk membantu saudaranya yang kekurangan yang nantinya melahirkan keharmonisan sosial, peningkatan kualitas diri, dan menjadi penyalur tangan Allah, jika semua kaya pasti tidak ada yang mau bekerja, padahal adanya pekerja menjadikan adanya bangunan-bangunan yang bisa kita tempati dan tinggali, adanya pekerja bisa mengolah dan menggunakan untuk kepentingan manusia itu sendiri, misalnya sektor pertanian, pertambangan, perairan, perhutanan, pariwisata, dll, dan sangat jauh dari sifat individual. Sungguh indah..  Dan jika semua baik pasti tidak ada dewan keamanan, neraka, dan bagaimana kita memposisikan sifat maha pemaaf, maha pemberi ampunan dari Allah?..
Dan la Tahzan, Allah tidaklah pernah memberatkan hambaNya, Allah maha rahman. Allah selalu memposisikan kita dalam takaran kita sendiri dan Allah menempatkan semuanya pada tempatnya (Allah tidak dzolim). Allah berfirman dalam QS. Alam Nasyrah : 5-8, yang artinya : 5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” Janganlah susah menjalani hidup ini, ikhtiyar -> berdo’a -> tawakkal,pasrah. Sudah itu saja tugas kita. Dan do’a itu apuh untuk menolak takdir jelek, sebagaiman hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya : “Tidak ada yang bisa menolak takdir selain do’a, dan tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali berbuat kebaikan”
Masalah proses urusan manusia sedangkan masalah hasil itu urusan Allah..  jika sedang merasa susah, merasa tidak mendapat keadilan, kejam. Maka merenunglah dan berfikirlah sejenak tenangkan hati dan fikiran, coba kita menggunakan sudut pandang yang lain jangan sudut pandang kita sendiri.. Belajarlah pada orang dibawah kita, karena masih banyak orang yang nasibnya lebih buruk kepada kita dan lihat hidupnya apakah merasa kesusahan dan kepayahan ataukah menerimanya serta terus berjuang melangkah maju kedepan. Dan belajarlah kepada orang diatas kita, banyak pula orang yang nasibnya yang lebih mujur dibanding kita, alasannya apa karena mereka selalu melangkah dalam hidupnya, usahanya keras dan tinggi ketika gagal mereka coba lagi dan mengevaluasi kegagalan tersebut. Sampai pada akhirnya mereka memperoleh hasil yang diinginkan..
Gagal itu wajar tapi orang yang bangkit dari kegagalannya adalah orang hebat. Firman Allah dalam QS. Yusuf : 87 “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Tidak perlu kita kecewa dengan hidup kita, jangan kecewa kita ditakdirkan Allah miskin, bodoh, atau apa. Bersyukurlah atas semua yang ada, karena orang yang bersyukur akan ditambah nikmatNya.. Bumi adalah bulat dan berputar, begitu juga dengan hidup kita jika masih dibumi, hidup kita seperti roda yang berputar, terkadang posisi kita diatas dan kadang posisi kita diatas. Dan manusia kebanyakan tidak sadar akan hal itu, ketika berada diatas dipuncak kesenangan mereka lalai akan tuhannya dan ketika dibawah mereka merengek-rengek kepada Allah. Dan Allah tidak akan pernah merobah manusia jika manusia itu tiak mau merobahnya. Allah berfirman dalam QS. ar-Ra’d : 11 yang artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[1]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[2] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Dalam QS. al-Baqarah : 216 yang artinya : “boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Yang terpenting bagi manusia bukanlah material/fisik. Kebutuhan materi tidaklah abadi, menipu, semu, dan tidak akan puas. Yang dibutuhkan adalah kebahagiaan spiritual atau hati atau bathin.. ingatlah bahwa hidup dibumi/dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat adalah kekal. Maka yang perlu kita minta hanyalah ditetapkannya Iman dan Islam serta meningggal khusnul khotimah..
Wallahu a’lam..
Bismillah...
Semilirnya angin difajar ini, Semoga kita menjadi orang-orang yang beruntung, selalu semangat, dan selamat didunia maupun diakhirat..



[1] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[2] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

ALIRAN KEBATINAN DAN AJARANNYA

ALIRAN KEBATINAN DAN AJARANNYA

1.      Daftar nama aliran kebatinan (khususnya Jawa Tengah)
1)      No. 1.007/F.6/F.2/1980           Badan Kebatinan Indonesia
2)      No. 1.144/F.6/F.2/1980           Badan Keluarga Kebatinan Wisnu
3)      No. 1.213/F.3/N.1/1982          Elang Mangku Negara
4)      No. 1.216/F/3/N.1/1982          Hak (Kawruh Hak)
5)      No. 1.021/F.6/F.2/1980           Hidayat Jati Ranggawarsita
6)      No. 1.022/F.6/F.2/1980           Hidup Betul
7)      No. 1.209/F.3/N.1/1982          Himpunan Kebatinan Rukun Wargo
8)      No. 1.193/F.3/N.1/1982          Ilmu Kasampurnan Jati
9)      No. 1.207/F.3/N.1/1982          Jaya Sampurna (Pamungkas Jati Titi Jaya Sampurna)
10)  No. 1.174/F.6/F.2/1980           Kalimasada Rasa Sejati
11)  No. 1.212/F.3/N.1/1980          Ratu Adil
12)  No. 1.105/F.6/F.2/1980           Aliran Kebatinan Perjalanan (DKI Jakarta)
13)  No. 1.066/F.6/F.2/1980           Paguyuban Darma Bakti (Jawa Timur) [1]

2.      Ajaran aliran kebaatinan
Ø  Paguyuban Darma bakti
Paguyuban Darma Bakti adalah suatu organisasi kebatinan yang memang diadakan untuk belajar kebagusan dan kebaktian yang harus dimiliki manusia. Paguyuban ini fokus dalam ajaran etika atau tingkah laku yang baik dan pengabdian manusia dalam kehidupan, dan juga mencari sejatinya hidup atau cara memanfaatkan hidup. Paguyuban ini tidak serta merta langsung menjadi sebuah paguyuban, ada cerita sejarah yang amat panjang hingga menjadi paguyuban yang dinamai Paguyuban Darma Bakti.
Untuk belajar kebagusan dan kebaktian paguyuban ini memiliki ajaran-ajaran yang cukup banyak dan terorganisir, salah satu ajaran yang utama yaitu ajaran sangkan paraning dumadi. Para penganut paguyuban ini juga memiliki banyak tatacara beribadah dan ritual yang mereka amalkan.
Penelitian ini, diambil di Dusun Tambuh, Kota Batu, Jawa Timur. Diambil dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulannya secara wawancara, observasi dan dokumentasi. Bukan hanya di Dusun Tambuh, pengumpulan data dilakukan di Surabaya dengan sumber data dari sesepuh dan penganut paguyuban. Perlu kita ketahui, paguyuban ini berisi dari berbagai agama, mulai dari Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Bahkan sekitar 80% yang menjadi warganya adalah orang-orang Islam. Namun satu titik temu mereka berkumpul yakni Tuhan, apapun nama Tuhan dalam agama mereka namun ketika mereka menginjakkan ke dalam paguyuban darma bakti maka satu nama yang mereka kenal yakni Tuhan, bukan Yesus, sang Hyang Widi, Allah ataupun Budha Gautama.
Ajaran sangkan paraning dumadi dalam paguyuban ini tidak bermaksud untuk menguraikan tentang proses kejadian manusia, melainkan uraian yang akan dipergunakan sebagai pangkal untuk menumbuhkan pengertian sekaligus kepercayaan mereka bahwa kelahiranya di dunia ini ada yang melahirkan, sejak keberadaan hingga kelahirannya selalu disertai saudara sekelahiran (kakang kawah adi ari ari), bahwa ia hidup ada yang menghidupi dan bahwa semua kehidupan di dunia ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai ritual yang dilakukan bersama atau perayaan besar yang terjadi di bulan suro, adalah gelar sesaji suro, yang dirayakan dalam tiga kali perayaan dengan waktu berkala yakni pada tanggal 1 suro, 10 suro dan 30 suro.[2]

Ø  Ratu Adil
Ratu Adil bukanlah sosok manusia, tetapi sebuah paham atas kesalahan tafsir soal takdir belaka.  
Tujuan hidup orang Jawa hanya satu, manunggal dengan Gusti. Paham ini telah melahirkan jalan etika yang multi dimensi. Yang mana yang lebih dulu, sulit diterangkan. Sebab bagi manusia Jawa dari manapun dan kemanapun tidak menjadi masalah.
Mau mulai dari awal, tengah, atau bahkan akhir tak perlu dipersoalkan. “Latihlah terus-menerus kalbumu, agar menjadi kreatif melahirkan gagasan yang cerdas dan tajam, jangan tidur dan makan melulu, capailah keperwiraan, paksalah agar badan kasarmu mencegah makan dan tidur.”
Ini bait tembang yang selalu harus diingat, agar setiap apa yang dikerjakan menuju pada laku hambeg adil paramaarta, ber budi bawa leksana, mamasuh malaning bumi-mangasah mingising budi, berlaku adil dan dermawan, siap melaksanakan kewajiban, membersihkan kekotoran dunia, agar dunia menjadi selamat sentausa dengan terus mengasah ketajaman budi.
Untuk bisa melakukan hal di atas itu, ada pemahaman awal yang perlu dijelajah dari tahapan melik-melek-melok. Melik maknanya baru sampai tahap pikiran, dipahami, dimengerti, tafakur. Melek artinya sudah sampai dirasakan dalam kalbu, baik-buruknya, gampang-susahnya, bermakna atau tak bermakna, tadzakkur. Melok berarti sudah menjadi kehendak yang dilanjutkan dengan tindakan nyata, tadzabbur.
Dalam kasanah Jawa lalu terkenal peribahasa “ojo muluk yen durung melok, yang diterjemahkan secara harafiah: jangan menyuapkan nasi kalau nasinya belum ada di piring. Padahal arti sesungguhnya ialah jangan (muluk) terbang tinggi seperti merpati, maksudnya janganlah punya keinginan mencari ilmu terlalu tinggi kalau belum punya dasar yang kuat. Inilah yang kemudian nanti menjelma menjadi cipta, rasa, karsa. Itulah ideologi terpadu yaitu keterpaduan kepala dan dada, akal dan qalbu, cipta dan rasa.
Nilai-nilai yang mendasari itu semua adalah sebuah pemahaman atas pandam, pandom, panduming dumadi. Pandam adalah dilah, dian, cahaya, penuntun ke arah yang terang, yaitu petunjuk hidup yang termanifestasikan dalam bentuk wahyu agama baik yang semiotik maupun yang dalam bentuk lokal religi. Pandom adalah kompas, petunjuk yang sepenuhnya berasal dari alam. Maka orang Jawa harus pandai membaca alam seperti musim dengan perangainya dalam bentuk kala atau mongso, waktu yang membagi-bagi waktu. Dan bagi yang sudah mencapai tingkat purba diri, kesempurnaan ilmu, ia akan mampu membaca tanda-tanda jaman.
Pandum, artinya takdir setiap manusia yang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Dari sikap “nrima ing pandum” itu muncullah beberapa kemungkinan, yaitu sikap pasif, sikap aktif secara langsung, serta aktif secara tidak langsung. Yang aktif langsung menumbuhkan apa yang dikenal sebagai: paham “Kawula-Gusti”. Sedangkan yang aktif tapi tidak langsung melahirkan apa yang dikenal sebagai paham atau ajaran: “Ratu-Adil”.
Sikap “nrima” yang pasif berhubungan dengan kedudukan orangnya sebagai objek penderita atau pelengkap penderita. Sedangkan yang lainnya berhubungan dengan keadaan atau posisi sebagai pelengkap penyerta atau pelengkap pelaku. Dalam kasanah Jawa lalu dikenal peringatan yang berupa Candi Sewu (Rorojonggrang) dan Candi Borobudur. Maknanya janganlah kita membeku seperti seribu patung Rorojonggrang dan terus-menerus menjadi pelengkap penderita, atau terbelenggu oleh egoisme seperti 1000 ksatria yang terkurun dalam candi Borobudur.
            Bagi orang Jawa pada strata paling rendah, terbiasa nrima ing pandum, menerima takdir yang memang sudah disandangnya. Yang bisa mengangkat derajad dan pangkatnya adalah hanya jika telah datang seorang Ratu Adil yang selalu dinantinya.[3]

Ø  Aliran Kebatinan Perjalanan
Ajaran aliran Perjalanan berdasarkan pada wangsit yang diterima oleh Mei Kartawinta. Ia menerima wangsit itu berkali-kali sampai ada sepuluh kali yang disebut Dasa Wasita seperti berikut :
ü  Wangsit pertama : “Janganlah dirimu dihina dan direndahkan oleh siapa pun, sebab dirimu tidak lahir dan tidak besar oleh sendirinya, tetapi dirimu dilahirkan dan dibesarkan penuh dengan cinta kasih ibu dan bapakmu. Bahkan dirimu itu sendirilah yang melaksanakan segala kehendak dan cita-citamu yang seyogyanya kamu berterima kasih kepadanya.”
ü  Wangsit kedua : “Brang siapa menghina dan merendahakan dirimu, sama juga artinya dengan menghina dan merendahkan ibu bapakmu bahkan leluhur bangsamu.”
ü  Wangsit ketiga : “Tiada lagi kekuatan dan kekuasaan yang melebihi kekuatan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, Belas dan Kasih. Sifat belas dan kasih itu pun dapat mengatasi dan menyelesaikan segala pertentangan atau pertengkaran, bahkan dapat memadukan paham dan usaha untuk mencapai tujuan yang lebih maju serta menyempurnakan akhlak dan meluhurkan budi pekerti manusia.”
ü  Wangsit keempat :“Dengan kagum dan takjub kamu menghitung tetesan air yang mengalir yang menuju kesatuan mutlak, yaitu lautan sambil memberikan manfaat kepada kehidupan manusia, binatang, dna pepohonan atau tetumbuhan. Akan tetapi kamu belum pernah mengagumi dan takjub kepada dirimu sendiri yang telah mempertemukan kamu dengan dunia beserta segala isinya. Bahkan kamu belum pernah menghitung kedip matamu. Sungguh betapa nikmatnya apa yang kamu rasakan, padahal semua itu sebagai hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa.”
ü  Wangsit kelima : “Kemanapun kamu pergi dan di mana pun kamu berada Tuhan Yang Maha Esa akan selalu bersama denganmu.”
ü  Wangsit keenam : “Perubahan besar alam kehidupan manusia akan menjadi pembalasan terhadap segala penindasan serta mencetuskan atau melahirkan kemerdekaan hidup bangsa.”
ü  Wangsit ketujuh : “Apabila pengetahuan disertai kekuatan raga dan jiwamu digunakan secara salah untuk memuaskan hawa nafsu, akan menimbulkan dendam kesumat, kebencian, pembalasan, dan perlawanan. Sebaliknya apabila pengetahuan dan kekuatan raga dan jiwamu digunakan untuk menolong sesama akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan yang mendalam.”
ü  Wangsit kedelapan : “Cintailah sesama hidupmu tanpa memandang jenis dan rupa, sebab apabila telah meninggalkan jasad, siapa pun akan berada dalam keadaan yang sama. Ia tidak mempunyai daya dan upaya. Justru selama itu, selama kamu masih hidup, berusahalah agar kamu dapat memelihara kelangsungan hidup sesama sesuai dengan kodrat-Nya menurut kehendak Tuhan Yang Maha Esa.”
ü  Wangsit kesembilan : “Batu di tengah sungai, jikalau olehmu digarap menurut kebutuhan, kamu menjadi kaya karenanya. Dalam hal itu yang membuat seseorang kaya raya bukanlah pemberian batu itu, tetapi yang membuat kaya raya adalah hasil kerjamu sendiri.”
ü  Wangsit kesepuluh : “Geraklah untuk kepentingan sesamamu, bantulah yang sakit untuk mengurangi penderitaannya. Kemudian hari akan tercapailah masyarakat kemanusiaan yang menggerakkan kemerdekaan dan kebenaran” (Rozak, 2002:178-185).
Dasa Wasita (kesepuluh wangsit) tersebut di atas, bila diringkas intinya adalah sebagai berikut :
1.      Antara sesama dilarang saling menghina.
2.      Menghina kepada seseorang hakikatnya juga menghina kepada ayah dan ibunya bahkan nenek moyangnya.
3.      Tidak ada yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, kecuali Tuhan Yang Maha Esa, Yang Belas Kasih. Sifat belas dan kasih itu dapat menyempurnakan akhlak dan meluhurkan budi pekerti.
4.      Air yang senantiasa menghidupi tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mengandung hikmah agar manusia sebagai individu selalu berbuat baik kepada sesama.
5.      Tuhan Yang Maha Esa selalu berada dekat dengan manusia.
6.      Dinamika hidup dan kehidupan manusia akan membawa kebebasan dari penindasan.
7.      Pemuasan hawa nafsu akan membawa kekacauan dan kehancuran.
8.      Antara sesama harus saling cinta-mencintai agar terpelihara kehidupan bersama.
9.      Kekayaan tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja keras.
10.  Antara sesama harus saling tolong-menolong terutama dalam menegakkan kebenaran.
Bila disimak secara seksama, sepuluh butir Dasa Wasita tersebut di atas, semuanya berisi ajaran moral sebagai pedoman hidup manusia dalam hidup bersama, khususnya anggota atau warga aliran Perjalanan.
Setelah wangsit itu diterima, maka didirikan aliran Perjalanan. Nama perjalanan tampaknya diambil dari gambaran air yang mengalir mulai dari sumbernya melalui sungai sampai akhirnya ke lautan. Sepanjang perjalanan, air telah memberikan unsur yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia. Gambaran perjalanan air ini sebagai ibarat perjalanan kehidupan manusia sebagai individu agar senantiasa berdarma bakti dan berbuat baik kepada sesama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Konsep ini juga dipandang selaras dengan konsep Pancasila yang mengandung makna sosial religius. Karenanya aliran Perjalanan juga dipandang mempunyai peranan dalam kehidupan negara yang berdasarkan Pancasila. Berdasarkan konsep ini pulalah agaknya, aliran ini disebut “Agama Yakin Pancasila” (nama lain dari aliran kebatinan perjalanan).[4]

PERSIMPANGAN ANTARA TAREKAT DAN KEBATINAN


1.      Pengertian
Tarekat => jalan, “petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh Sahabat dan Tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan berantai.
Sedangkan Kebatinan, menurut BKKI (Badan Kongres Kebatinan Indonesia) adalah sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk mencapai budi luhur, guna kesempurnaan hidup. Dan Menurut SKK (Sekretariat Kerjasama Kepercayaan), kebatinan atau kepercayaan adalah usaha untuk mendekatkan diri dengan Tuhan guna berbudi luhur.
2.      Tujuan dan metode
Tarekat : untuk mencapai ma’rifat ataupun insan kamil dengan nerusaha melatih diri (riyadhah) serta berjuang (mujahadah) melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu dan sifat kebendaan yang merupakan hijab antara hamba dan Tuhan.
Metode : secara umum, metode yang digunakan adalah sistem pendidikan tiga tingkat, yaitu Takhalli, Tachalli, Tajalli
Sedangkan tujuan dari kebatinan adalah manunggaling kawulo gusti, jumbuhing kawulo gusti... Kondisi persatuan manusia dengan Tuhan... Curiga manjing ing rangka, raka manjing ing curiga (keris yg bersatu dengan rangkanya). Diantara aliran kebatinan yang di Indonesia adalah Sumarah, Bratakesawa, Subud, Pangestu, Darmogandul, dll
Dan Metode yang digunakan yaitu dengan latihan-latihan kerohanian atau juga dengan olah rasa dengan melalui manembah, sujud, meditasi, tapa dan lain-lain. Menurut Dr. S. De Jong, tingkat latihan kejiwaan ada tiga tahap :
a.       Distansi : mengambil jarak dunia materi yang dapat disentuh dengan indera degan maksud untuk memadamkan nafsu.
b.      Konsentrasi : suatu upaya memusatkan daya bathiniyah dengan maksud memutuskan sama sekali semua bentuk hubunga dengan materi
c.       Representassi : tercapainya sifat (identifikasi dengan tuhan) keilahian, mati ing sak jeroneng urip.
Latihan untuk mencapai persatuan dengan Tuhan sangatlah sulit untuk ditemput. Oleh karena itu harus ada bimbingan guru-guru kebatinan ataupun para wakilnya (pamong). Dan disyaratkan pensucian batin dari sifat-sifat tercela dengan mengamalkan tuntunan budi luhur.
3.      Titik temu dan persimpangan
TITIK TEMU
PERSIMPANGAN
Ø  Keyakinan (Tuhan Yang Maha Esa)
Ø  Pengalaman (terdapat pengalaman ‘persatuan’ dengan Tuhan )
Ø  Laku
Ø  Guru sang pembawa ajaran
Ø  Mengajarkan moral / akhlak (tujuan)
Ø  Sama-sama adanya pusat kegiatan
Ø  Mempunyai dasar yang sama
Ø  Zuhud, asketik, laku ada pada kedua pola mistik Islam dan Jawa ini.
Ø  Tarekat : Allah, Kebatinan : Tuhan
Ø  Tarekat : Baiat, Kebatinan : tidak ada
Ø  Tarekat : Syari’at, Keatinan : renungan (hati)
Ø  Tarekat : dasarnya Al-qur’an dan Sunnah,
Ø  Kebatinan : tergantung alirannya, sinkritis (non Al-qur’an)
Ø  Kebatinan : kedikjayaan



ETIKA, MORAL, AKHLAK

A.    Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Latin disebut “Mores” yang menjadi akar kata moral. Sedangkan secara terminologi, Welster’sDictionary berpendapat bahwasanyaetika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinspip-prinsip yang disistemasir tentang tindakan moral.
Dan bisa disimpulkan bahwasannya etika adalah teori atau kaidah tentang tingkah laku manusia dipandang dari nilai baik dan buruk sejauh dapat ditentukan oleh akal manusia. Tujuannya adalah mencari kriteria baik dan buruk secara universal yang berlaku pada setiap ruang dan waktu.
Sedangkan Moral berasal dari bahasa Latin “Mores”, yang secara terminologi memiliki pengertian sama dengan susila, yakni tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum dan diterimanya tindakan yang baik dan wajar. Jadi, tindakan susila adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang umum dan diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Dengandemikianetikadan moral memiliki persamaan yaitu adanya ukuran tindakan baik, wajar danumummenurutsuatukelompokmasyarakattertentu. Sedangkan perbedaanya adalah etika lebih cenderung kepada teori dan memandang perbuatan manusia secara universal, sedangkan moral mengarah kepada hal-hal yang sifatnya praktis dan memandang perbuatan manusia secara lokal. Etikajuga membicarakanapa yang seharusnya, sementara moral berbicaraapaadanya.
Sedangkan akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat atau bentuk atau keadaan yang tertanam dalam jiwa, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan lagi. Oleh karena itu ada empat hal dalam akhlak, yaitu:
a)      Perbuatan yang baikatau buruk.
b)      Mampu melaksanakan.
c)      Mengetahui mana yang baik dan yang buruk.
d)     Keadaan jiwa yang cenderung dan menyukai kepada salah satunya yaitu perkara yang baik atau yang buruk.

Akhlak adalah kemauan yang kuat tentang suatu perbuatan yang dilakukan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan yang mengarah kepada kebaikan atau keburukan. Pengertian menunjukkan adanya unsur kebebasan, yakni tidak adanya pemaksaan dalam melakukan suatu perbuatan tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Amin (1977) dalam bukunya Kitab al-akhlaq bahwa akhlak ialah: “kehendak yang dibiasakan. Jika kehendak itu dilakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan atau adat, maka dinamakan akhlak”. Perbuatan yang ditimbulkan dari kehendak mengandung;
a)      Perasaan.
b)      Keinginan.
c)      Pertimbangan.
d)     Azam/kehendak.
Jadi akhlak adalah semua cita-cita, pemikiran baik atau buruk masih terpendam dalam kandungan batin yang merupakan bibit yang masih kecil dan terbungkus sifatnya.Dan semua ini yang dinilai baik atau buruk, sangat tergantung pada niatnya.Hal ini menunjukkan nilai baik atau buruk adalah motif yang terdapat dalam jiwa seseorang, bukan perbuatannya.
Akhlak Islam melingkupi ukuran-ukuran dalam perbuatan yang baik dan yang buruk dan sekaligus terwujudnya dalam perbuatan manusia.Oleh karena itu pembahasan akhlak pada hakikatnya adalah etika dan moral Islam sekaligus.

B.     Jenis Akhlak
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah bahwa akhlak dari sudut pandang manusia dengan segala seginya dapat dibedakan menjadi dua jenis akhlak, yaitu:
1.      Akhlak Dlarury
Yaitu akhlak yang asli dan otomatis yang merupakan pemberian Tuhan secara langsung tanpa memerlukan latihan, pembiasaan dan pendidikan. Akhlak semacam ini hanya dimiliki oleh manusia-manusia pilihan Tuhan, yaitu: para Nabi dan Rasul-Nya. Sedangkan bagi orang mu’min yang shalih tidak tertutup kemungkinan sejak lahir sudah berakhlak dan berbudi luhur.Namun dengan mengetahui potensi yang baik dan yang buruk sejak kecil itu tetap diperlukan latihan dan didikan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A’raf: 199yang artinya: “berilah maaf dan serulah dengan kebaikan dan berpalinglah engkau dari orang-orang yang bodoh”.

2.      Akhlak Mukhtasabah
yaitu budi pekerti yang harus dicari dengan jalan melatih, mendidik, membiasakan yang  baik dan tingkah laku serta cara berfikir yang tepat. Dengan demikian, kesadaran moral atau mengetahui baik dan buruk harus dikembangkan dan pengembangan potensi tersebut membutuhkan syarat yaitu:
a.       Maturatet yaitu kematangan dari segi pemikiran dan perasaan serta kehendak yang mendalam.
b.      Pendidikan, pendidik terpenting adalah orang tua atau keluarga untuk mengarahkan kepada perilaku yang baik dan mulia, dan ini akan menjadi landasan bagi proses pendidikan selanjutnya.

C.     Pengertian Ilmu Akhlak dan tujuannya

Ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dan sebenarnya dilakukan, menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan, dan menyatakan tujuan dalam mengerjakan suatu perkerjaan/perbuatan.Tujuan mempelajari ilmu akhlak menurut Ahmad Amin (1977) adalah untuk: “Mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan kesempurnaan, mendorong kehendak untuk berbuat baik.”Namun demikian, perlu diketahui bahwa mempelajari ilmu akhlak tidak lantas tingkah lakunya menjadi baik dan terpuji, tanpa adanya kesadaran moral untuk menerapkan ilmu tersebut dalam perilaku aktif.