HARAM COPY PASTE KESELURUHAN

Catatan yang ada diblog ini saya harap jangan di copy paste semua. karena ini arsip pribadi perkuliahan saya. Jika toh memang membutuhkan referensi tambahan dari blog saya ini, cantumkan juga alamat laman ini.
terima kasih..

Sunday, April 27, 2014

RIYADHAH AN-NAFS (PENEMPATAN DIRI)

RIYADHAH AN-NAFS (PENEMPATAN DIRI)


Rasulullah SAW. Bersabda, “Kita kembali dari Jihad palig kecil menuju Jihad paling besar.”
Yang dimaksud Jihad paling besar yaitu Jihad melawan hawa nafsu. Dan ketahuilah bahwa jiwa memiliki kotoran yang harus dibersihkan. Dengan cara itu, sampailah pada kebahagiaan abadi dan kedekatan kepada Allah Swt.
Tasawuf adalah pembersih hati, dan sumber tasawuf adalah ‘inda al-akhlaq wa al-adab, dari pekerti dan tata karma. Kemudian yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengatur diri kita sendiri.
Ø  Akhlak yang baik dan akhlak yang buruk
Manusia bisa dilihat dua hal yakni akhlak yang baik (husn al-khuluq) dan rupa yang baik (husn al-khalaq). Yakni, bathin yang baik adalah penguasaan sifat-sifat terpuji terhadap sifat-sifat tercela dan lahir yang baik adalah berkaitan dengan keindahan fisik.
Mengenai keutamaan akhlak yang baik, Rasululullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya akhlak yang baik melelehkan kesalahan sebagaimana matahari melelehkan es.”
Kesempurnaan akhlak yang baik terdapat dalam diri Rasulullah SAW. Beliau menginginkan umatnya mempunyai akhlak yang baik pula dan akhlak itu dapat diubah dengan tindakan serta sering melakukannya sehingga menjadi kebiasaan. Rasulullah SAW. Telah bersabda, “Baguskanlah akhlak kamu” dan dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Kebaikan adalah kebiasaan”.
Imam Ghozali mengatakan, “Barangsiapa yang pada asal fitrahnya tidak ada, misalnya kedermawaan, maka biasakanlah hal itu walaupun dengan memaksakan diri.” Mengobati penyakit hati adalah dengan cara melakukan kebalikannya hingga tercapai tujuan. Maka kelanggengan dalam beribadah dan mengingkari syahwat akan membaguskan rupa bathin dan diperoleh keridhaan Allah Swt.
Dan tanda-tanda akhlak yang baik adalah
1.      Keimanan/kepercayaan kepada Allah sudah tinggi, seperti tertuang dalam QS. Al-Anfal : 2, Al-Mu’minun : 1-10, dll.
2.      Orang-orang yang berperilaku baik dimuka bumi salah satunya dengan rendah hati, ini terdapat dalam QS. Al-Furqon : 63.
3.      Sudah mencapai maqom Allah bersamaku, Allah melihatku, dan Allah adalah saksiku.
Ø  Mengobati Jiwa dengan mengenal Aib diri
Rasulullah Saw, bersabda, “Apabila Allah menghendaki suatu kebaikan pada hamba, maka Dia menampakkan padanya aib-aib dirinya.”
Telah diketahui mengobati penyakit hati adalah dengan mempertemukan sesuatu dengan lawannya. Akan tetapi, hal itu berbeda untuk setiap individu, karena watak itu berbeda-beda. Oleh karena itu cara mengetahui aib diri dan cara memperbaikinya adalah sbb:
1.       Mencari Guru yang benar-benar guru
Yaitu duduk dihadapan salah seorang guru dan menyibukkan diri dengan apa yang diperintahkannya. Maka ketika itu kadang-kadang tersingkap olehnya aib-aibnya dan kadang-kadang pula gurunya yang menyingkapkannya kepadanya. Hal ini adalah cara yang terbaik dan paling utama.
2.      Mencari sahabat yang saleh dan mengetahui segala rahasia masalah ini
Maka bersahabatlah dengannya dan menjadikannya pengawas terhadap dirinya agar mengamati ihwal dirinya dan mengingatkannya atas aibnya.
3.      Dengarkan perkataan orang hasad
Janganlah menghalangi orang hasad mencari aib-aibmu dan menambahinya. Maka ambillah faedah darinya, dan celalah dirimu pada setiap aib yang dituduhkan kepadamu.
Ø  Sifat cita-cita
Ketahuilah bahwa barang siapa yang menginginkan ladang akhirat, maka tandanya adalah menjauhi ladang dunia. Dan yang menjadi penghalang tercapainya maksud adalah tidak adanya suluk, yang menghalangi suluk adalah tidak adanya kemauan, dan yang menghalangi kemauan adalah tidak adanya keimanan.
Barang siapa yang menyadari dari dirinya sendiri atau orang lain, baginya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu : mengangkat tabir dan penghalang serta meninggalkan/menjauhinya dari hal-hal negatif menuju positif, yaitu ada empat : harta, pangkat, taklid, kemaksiatan.
Jika sudah melakukan empat hal tadi, maka ia menjadi seperti orang yang telah berwudlu, bersih dari hadats kecil maupun besar, dan hendak bersiap-siap untuk sholat. Dan ketika itu, ia harus mempunyai guru suluk yang memberikan jalan akhirat bagi dirinya sehingga ia mendapat petunjuk. Ia harus patuh dan taat dengan semua yang diperintahkan oleh gurunya seperti keadaan mayit dihadapan orang yang sedang memandikannya.
Di dalam hal itu, ini mengingatkan kisah Musa a.s. dengan Khidhir a.s. Ketika itu, ia diperintah dengan empat hal, yaitu menyendiri, diam, lapar, dan tidak tidur di malam hari. Jika sudah melakukan semua itu niscaya akan dekat dengan Allah, dan sampailah dengan inti hati. Hal yang dapat menyebabkan kelembutan hati yang menjadi kunci penyingkapan (mukasyafah).
Metode selanjutnya adalah dengan diiringi oleh Dzikir. Dzikir lisan dan dzikir hati, itu dilakukan dalam seluruh ihwal. Selama ia mengetahui keberadaan dirinya, maka hendaklah ia berdzikir, ini tertuang dalam QS. Al-An’am : 91. Dan jika was-was dan pikiran jelek menguasai, maka jalan yang tepat adalah kembali pada dzikir, ini tertuang dalam QS. Al-A’raf : 200-201.
Lazimkan dzikir sepanjang hidup. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan untuk menjad pemuka agama yang tersingkap baginya segala hakikat. Amin.


Referensi : Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumiddin : Ringkasan yang ditulis sendiri oleh sang Hujjatul Islam, diterjemah oleh Irwan Kurniawan dari “Mukhtasar Ihya’ Ulumiddin”, (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2008), cet, 1, hlm.222 - 234

No comments:

Post a Comment