I.
PENDAHULUAN
Sebelum
islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, semacam zakat telah dikenal
dikalangan bangsa-bangsa timur kuno di Asia, khususnya dikalangan umat
beragama. Hal ini terjadi atas adanya pandangan hidup dikalangan bangsa-bangsa
timur bahwa meninggalkan kesenangan duniawi adalah perbuatan terpuji dan
bersifat kesalehan. Sebaliknya memiliki kekayaan duniawi akan menghalangi orang
untuk memperoleh kebahagiaan hidup disurga.
Setelah
islam datang zakat menjadi wajib keagamaan yang berkedudukan sebagai salah satu
rukun islam, zakat merupakan ibadah yang bercorak kemasyarakatan. Oleh karena
itu zakat sering disebut sebagai ibadah maliyah ijtima’iyah.
Banyak
sekali macam-macam dari zakat dan macam zakat yang akan dibahas pada saat ini
adalah zakat maal dan zakat profesi.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian zakat mal?
2. Apa saja macam-macam zakat mal dan bagaimana
syarat-syaratnya?
3. Apa pengertian zakat profesi?
4. Apa syarat-syarat zakat profesi dan bagaimana
cara menghitungnya?
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Zakat Mal
Zakat maal adalah zakat yang dikenakan
atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal
berasal dari bahasa arab yang secara harfilah berarti harta.
2. Macam-macam zakat mal dan
syarat-syaratnya
Harta-harta yang dizakati dari
harta-harta lahir ialah : binatang, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dan dari
harta-harta yang tersembunyi ialah : emas, perak dan barang perniagaan.[1]
a. Zakat emas dan perak.
Pada
emas dan perak diwajibkan zakat mengingat firman Allah pada surat At Taubah
ayat 35 :
* $pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä ¨bÎ) #ZÏW2 ÆÏiB Í$t6ômF{$# Èb$t7÷d9$#ur tbqè=ä.ù'us9 tAºuqøBr& Ĩ$¨Y9$# È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ crÝÁtur `tã È@Î6y «!$# 3 úïÏ%©!$#ur crãÉ\õ3t |=yd©%!$# spÒÏÿø9$#ur wur $pktXqà)ÏÿZã Îû È@Î6y «!$# Nèd÷Åe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OÏ9r& ÇÌÍÈ tPöqt 4yJøtä $ygøn=tæ Îû Í$tR zO¨Zygy_ 2uqõ3çGsù $pkÍ5 öNßgèd$t6Å_ öNåkæ5qãZã_ur öNèdâqßgàßur ( #x»yd $tB öNè?÷t\2 ö/ä3Å¡àÿRL{ (#qè%räsù $tB ÷LäêZä. crâÏYõ3s? ÇÌÎÈ
“34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar
dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.”
“35.
Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."[2]
1. Adapun syarat-syarat zakat emas dan
perak ialah :
·
Mencapai nisab.
·
Dimiliki
secara sempurna selama setahun.
·
Merupakan
kelebihan dari kebutuhan pokok sehari-hari.
·
Bersih
dari ikatan piutang.
2. Nisab emas dan perak.
Kekayaan
emas baru dikenai kewajiban zakat jika sekurang-kurangnya mencapai 20 dinar
atau mitsqal. Dinar adalah satuan uang emas yang dipergunakan sebagai alat
pembayaran pada masa hidup nabi, sedang mitsqal adalah satuan timbangan yang
berlaku pada masa nabi. Uang emas dinar adalah satu mitsqal. Menurut hasil
penelitian mengenai uang yang dpergunakan dalam sejarah islam, yaitu mitsqal
beratnya 4,25 gram. Dengan demikian, nishab emas adalah 20 x 4,25 gram = 85gram.
Zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5 % nya setiap tahun.
Nisab
perak adalah 200 dirham. Dirham adalah satuan uang perak yang dipergunakan pada
masa nabi. Menurut penelitian, jika berat dirham dibandingkan dengan berat
dinar adalah 10 : 7, satu dirham = 7/10 dinar. Dengan demikian berat dirham
adalah 7/10 x 4,25 gram = 2,975 gram. Dan nisab perak adalah 200 x 2,975 gram =
595 gram. Zakat yang wajib dibayarkan adalah 2,5 % nya setiap tahun.[3]
b. Zakat Tijaroh ( perniagaan )
Pada
perniagaan wajib dikenakan zakat mengingat firman allah pada surat Al Baqarah
ayat 267 :
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhsÛ $tB óOçFö;|¡2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# ( wur (#qßJ£Jus? y]Î7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îÏJym ÇËÏÐÈ
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”[4]
1. Syarat- syaratnya :
·
Ada
niat yang diikuti dengan usaha berdagang.
·
Mencapai
waktu satu tahun di hitung dari waktu permulaan usaha berdagang.
·
Mencapai
harga nisab zakat emas dan perak (85gram emas) diperhitungkan dengan kadaan
akhir tahun. Pada saat zakat harus dikeluarkan.
·
Harta
dagangan benar-benar telah menjadi milik sempurna pedagangnya. Baik dibeli
secara tunai ataupun bertangguh.
·
Tidak
terkait dengan utang kepada orang lain.
2. Cara menghitung zakat daganagan.
Telah
dijelaskan bahwa harta dagangan adalah segala macam barang yang dibeli dengan
niat untuk diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, barang
yang diperhitungkan harganya pada tiap akhir tahun, untuk diketahui berapa
besar zakat yang wajib dibayarkan. Hanyalah barang-barang yang bergerak dalm
peredaran perdagangan, ditambah dengan uang tunai yang ada, baik yang berasal
dari penjualan barang-barang maupun yang diperoleh dari sumber lain, dipotong
utang-utang dan kebutuhan hidup sehari-hari. Zakat yang wajib dikeluarkan
adalah 2,5 % nya.[5]
c. Zakat Tanaman
Zakat
tanaman diwajibkan atas dasar firman Allah pada surat Al an’am ayat 14 :
* uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& ;M»¨Yy_ ;M»x©rá÷è¨B uöxîur ;M»x©râ÷êtB @÷¨Z9$#ur tíö¨9$#ur $¸ÿÎ=tFøèC ¼ã&é#à2é& cqçG÷¨9$#ur c$¨B9$#ur $\kÈ:»t±tFãB uöxîur 7mÎ7»t±tFãB 4 (#qè=à2 `ÏB ÿ¾ÍnÌyJrO !#sÎ) tyJøOr& (#qè?#uäur ¼çm¤)ym uQöqt ¾ÍnÏ$|Áym ( wur (#þqèùÎô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) w =Ïtä úüÏùÎô£ßJø9$# ÇÊÍÊÈ
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan.”
1. Nisab zakat tanaman
Kebanyakan
fuqaha berpendapat bahwa nisab zakat hasil tanaman adalah lima wasaq. Menurut
penelitian yang dilakukan terhadap ukuran-ukuran yang digunakan pada masa nabi,
1 wasaq = 60 sha, 1 sha = 2,176kg, jadi 5 wasaq = 300x 2,176 kg = 652,8 kg atau
6,528 kuintal di bulatkan menjadi 6,53 kuintal.
Yang
dijadikan pedoman dalam menentukan nishab zakat hasil tanaman sebesar 653 kg
itu ialah gandum. Yang merupakan bahan makanan pokok pada masa nabi. Dan juga
bahan makanan yang harganya berada ditengah-tengah jika dibandingkan dengan
harga hasil tanaman lainya. Di Indonesia dapat kita ambil perhitungan
nishabhasil tanaman yang bukan bahan pokok dengan pedoman harga nishab beras.
Untuk
menentukan nishab zakat hasil tanaman sebesar 653 kg itu diperhitungkan dalam
keadaan kering bagi buah-buahan dan setelah dibersihkan kulitnya bagi
biji-bijian. Nishab kurma setelah menjadi tamar atau pada anggur setelah
menjadi kismis, dan pada padi setelah menjadi beras.
2. Catatan
Imam
Abu Hanifah berpendapat bahwa kewajiban memebayar zakat hasil tanaman itu
disyaratkan harus mencapai nishab. Sedikit atau banyak wajib dibayar zakatnya.
Dasar pendapat itu adalah penegertian umum yang terkandung dalam hadist yang
menetukan bahwa hasil tanaman yang diari dengan air hujan dikeluarkan zakatnya
sebesar 10% dan yang diari dengan alat zakatnya sebesar 5%.[6]
d. Zakat Ternak
Binatang
ternak yang wajib dizakati menurut hadist riwayat Bukhari dari Anas bin Malik
adalah unta dan kambing. Menurut hadist riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi,
Nasai dan Ibnu majah dari Mu’adz bin Jabal, sapi juga wajib dizakati. Kerbau
diikutkan hukumnya kepada sapi.
1. Syrat-syarat zakat ternak
·
Binatang
tersebut memperoleh makanan dengan digembalakan.
·
Binatang
tersebut disiapkan untuk peternakan guna memperoleh turunan yang produktif.
Dengan demikian ternak yang dipelihara untuk bekerja disawah dan diladang dan
juga untuk kendaraan tidak dikenai wajib zakat. Ulama madzhab maliki tidak
mengharuskan syarat ini. Ternak yang dipelihara untuk keperluan apapun, jika
mencapai nishab wajib dizakati.
·
Mencapai
nishab
·
Telah
lewat waktu satu tahun.
2. Nishab ternak dan kadar zakatnya
·
Nishab
dan kadar zakat sapi
Sapi
yang mencapai jumlah 30 ekor dikeluarkan zakatnya 1 ekor sapi yang berumur 1
tahun. Jika mencapai 40 ekor dikeluarkan zakatnya seekor sapi yang berumur 2
tahun. Jumlah selebihnya diperhitungkan dengan dasar tiga puluhan dan empat
puluhan. Misalnya sapi yang berjumlah 60 ekor di perhitungkan ats dasar tiga
puluhan (2x30) dan zakatnya dua ekor sapi yang berumur 1 tahun. Jika mencapai
70 ekor di perhitungkan 30 ekor dan 40 ekor, jadi zakatnya seekor sapi berumur
satu tahun dan seekor sapi berumur dua tahun. Jika mencapai 80 ekor
diperhitungkan atas dasar empat puluhan (2x40) zakatnya adalah dua ekor sapi
berumur dua tahun.
Perhitungan
nishab dan kadar zakat sapi tersebut berlaku juga untuk kerbau. Dengan demikian
jika seorang beternak sapi atau kerbau, maka perhitungan nishab dan kadar
zakatnya digabungkan antara keduanya,tidak dihitung sendiri-sendiri. Missal
jika seeorang memiliki 20 ekor sapi dan 10 ekor kerbau, berarti sudah memiliki
sampai batas nishab dan wajib dizakati, seekor sapi atau kerbau yang berumur 1
tahun.
·
Nisab
dan kadar zakat kambing
Yang
dimaksud kambing disini mencakup kambing biasa dan kambing biri-biri. Nishab
dan kadar zakatnya adalah sebagai berikut :
Jumlah 40 sampai
120 ekor, zakatnya 1 ekor.
Jumlah 121
sampai 200 ekor, zakatnya 2 ekor.
Jumlah 201
sampai 300 ekor, zakatnya 3 ekor,
Selebihnya dari
300 ekor maka tiap-tiap 100 ekor zakatnya 1 ekor.[7]
3. Pengertian Zakat Profesi
Pendapatan profesi adalah buah dari
hasil kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang. Contoh
dari pendapatan kerja profesi adalah : gaji, upah, insentif atau nama lainya
disesuaikan dengan jenis profesi yang dikerjakan baik itu pekerjaan yang
mengandalkan kemampuan otak kemampuan fisik bahkan kedua-duanya. Dari uraian
tadi dapat dikategorikan sejumlah pendapat yang termasuk dalam kategori zakat
profesi, seperti :
1. Pendapatan hasil kerja pada sebuah
instansi, baik pemerintah (pegawai negri sipil) maupun swasta. Pendapatan yang
dihasilkan dari pekerjaan seperti ini biasanya bersifat aktif atau dengan kata
lain relatif ada pemasukan/pendapatan pasti dengan jumlah yang relatif sama
yang diterima secara periodic (per bulan).
2. Pendapatan dari hasil kerja professional
dalam bidang pendidikan, ketrampilan dan kejuruan tertentu, di mana si pekerja
mengandalkan kemampuan/ketrampilan pribadinya seperti dokter, pengacara, artis,
tukang jahit. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan seperti itu biasanya
pasif, tidak ada ketentuan pasti penerimaan pendapatan pada setiap periode
tertentu.[8]
4. Syarat-syarat Zakat Profesi dan cara
menghitungnya
·
Syarat-syarat
zakat profesi :
1. Mencapai nishab
2. Mencapai 1 haul
·
Nishab
zakat profesi :
Zakat
gaji, upah, honorium dan lainya serta pendapatan kerja profesi tidak wajib
dikeluarkan zakatnya kecuali telah melampaui batas ketentuan nishab. Para ahli
fiqh konteporer berpendapat bahwa nishab zakat profesi diqiyaskan dengan nisab
kategori asset wajib zakat keuangan yaitu 85 gram emas atau 200 dirham perak
dengan syarat kepemilikanya telah melalui kesempurnaan masa haul.
Sedangkan
untuk pendapatan dari hasil kerja profesi (pasif income) para fuqaha
berpendapat nishab zakatnya dapat diqiyaskan dengan zakat hasil perkebunan dan
pertanian yaitu 750kg beras (5 sha). Maka kewajibanya zakat dari penghasilan
professional ini harus dikalikan 2,5% sebagai tarif untuk setiap akhir masa
haul.
·
Cara
menghitung zakat profesi
Pertama
: menghitung pendapatan aktif tetap periodik (gaji)
Seorang
pekerja atau epgawai pada akhir masa haulnya telah melampaui nishab, maka ia
wajib menunaikan zakat sebanyak 2,5% dan apabila pegawai tersebut telah
mengeluarkan zakat penghasilanya pada saat menerima penghasilan tersebut atau
dengan kata lain pegawai tersebut menyicil dan mempercepat waktu pembayaran
wajib zakat karna suatu alas an, maka pegawai tersebut tidak perlu membayarkan
zakatnya lagi pada akhir masa haul agar tidak terjadi double pembayaran.
No
|
Jenis aset wajib zakat
|
Subjumlah
|
Jumlah
|
Tarif zakat
|
|
|
Item-item du bawah ini
dijumlahkan (1+2)
|
|
|
|
|
1
|
Total gaji pokok
setahun
|
Rp
|
|||
2
|
total pemasukan
tambahan (lembur, intensif,tunjangan jabatan)
|
Rp
|
|||
|
Total pendapatan
|
|
Rp
|
||
|
item-item dibawah ini
menjadi variabel pengurangan dari total pendapatan diatas
|
|
|
||
1
|
kebutuhan pokok
|
Rp
|
|||
2
|
Utang
|
Rp
|
|||
|
total pengeluaran
|
|
Rp
|
||
|
sumber : (total pemasukan-total pengeluaran
|
|
Rp
|
||
|
(total pemasukan-total
pengeluaran) x 2,5%
|
|
|
Rp
|
Kedua
: menghitung pendapatan pasif tidak tetap
Penghitungan zakat ini diambil dari
pendapatan yang dihasilkan dari kerja profesi seperti dokter, pengacara,
akuntan atau profesi ketrampilan lainya, langkah yang diambil dalam menghitung
adalah :
1. Tentukan pendapatan total dalam kurun
waktu tertentu(masa kerja, musim, masa haul) disesuaikan dengan karakter bidang
profesi yang digarapnya. Dan yang terbaik menurut kami penentuan kurun waktu
tersebut adalah dengan batasan kurun masa haul.
2. Potonglah pendapatan tersebut dengan
biaya oprasional yang diperlukan untuk usaha profesi tersebut.
3. Potonglah pendapatan tersebut dengan
utang.
|
Pemasukan
|
Pengeluaran
|
sumber : (pemasukan - pengeluaran)
|
|||||
No
|
bulan
|
|
sewa
|
Upah
|
Penyusutan
|
kebutuhan pokok
|
||
1
|
Jan
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
2
|
Feb
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
3
|
Mar
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
4
|
Apr
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
5
|
Mei
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
6
|
Jun
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
7
|
Jul
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
8
|
agust
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
9
|
Sep
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
10
|
Okt
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
11
|
Nov
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
12
|
Des
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
13
|
Jan
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
|
Total
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
Rp
|
||
tarif zakat :
total (pemasukan-pengeluaran) x 2,5% =
Rp
|
||||||||
|
|||||
IV. SIMPULAN
Zakat
maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu
atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa arab yang secara harfilah
berarti harta.
Adapun
harta yang wajib dizakatkan adalah emas dan perak, harta perniagaan, hasil
pertanian, dan hewan ternak.
Sedangkan
zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan atas penghasilan dari sebuah
profesi yang telah mencapai nishabnya.
Zakat
profesi diuraikan kedalam beberapa kategori :
1. Pendapatan hasil kerja pada sebuah
instansi, baik pemerintah (pegawai negri sipil) maupun swasta. Pendapatan yang
dihasilkan dari pekerjaan seperti ini biasanya bersifat aktif atau dengan kata
lain relatif ada pemasukan/pendapatan pasti dengan jumlah yang relatif sama
yang diterima secara periodic (per bulan).
2. Pendapatan dari hasil kerja professional
dalam bidang pendidikan, ketrampilan dan kejuruan tertentu, di mana si pekerja
mengandalkan kemampuan/ketrampilan pribadinya seperti dokter, pengacara, artis,
tukang jahit. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan seperti itu biasanya
pasif, tidak ada ketentuan pasti penerimaan pendapatan pada setiap periode
tertentu.
V. PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat saya uraikan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah
dan kekurangan adalah bagian dari saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang kontruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Ash-Shiddieqy Hasbi, Pedoman
Zakat (Jakarta : P.T Bulan Bintang : 1984)
Sabiq Sayid, Fikih Sunnah,
(Bandung : PT. Al Ma’arif : 1978)
Basyir Ahmad Azhar, Hukum Zakat (Yogyakarta
: Lukman offset : 1997)
Mufraini
Muhammad Arif, Akutansi dan Manajemen Zakat (Jakarta : KENCANA : 2006)
[1] Hasbi
Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat (Jakarta : P.T Bulan Bintang : 1984) hlm.
91
[2] Sayid
Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung : PT. Al Ma’arif : 1978) hlm. 29
[3]Ahmad
Azhar Basyir, Hukum Zakat (Yogyakarta : Lukman offset : 1997) hlm. 26
[4] Op.Cit, Hasbi
Ash-Shiddieqy, hlm. 114
[5] Op.Cit, Ahmad
Azhar Basyir, hlm. 40
[6] Op.Cit, Ahmad
Azhar Basyir, hlm. 53
[7] Op.Cit, Ahmad
Azhar Basyir, hlm. 66
[8] Muhammad Arif
Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat (Jakarta : KENCANA : 2006) hlm.
74
[9] Ibid, Muhammad
Arif Mufraini, hlm. 77
[10] Ibid, Muhammad
Arif Mufraini, hlm. 78
No comments:
Post a Comment