GANGGUAN KEPRIBADIAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Abnormal
Dosen Pengampu : Sri Rejeki, M.Si.
Disusun Oleh :
LUKMAN HAKIM (124411026)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Kita semua
memiliki gaya berprilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain.
Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita
lebih memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih sosial. Beberapa dari
kita tipe pengikut, yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal
terhadap penolakan dari orang lain, sementara yang lain menghindari inisiatif
sosial karena takut dikecewakan.
Saat pola perilaku
menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptif sehingga dapat menyebabakan
distres personal yang signifikan atau mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan,
maka pola perilaku dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian gangguan kepribadian?
2. Apa saja jenis-jenis gangguan kepribadian?
3. Bagaimana penanganan gangguan kepribadian?
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian gangguan kepribadian
Gangguan
kepribadian (personality disorder) adalah pola perilaku atau cara
berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut
menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal;
sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating.[1]
Individu dikatakan
mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola
perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Pola
tersebut muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari (misalnya, dalam relasi sosial dan pekerjaan).[2]
Orang yang mengalami
gangguan ini tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif (ego-sintonik)
sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit
sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.[3]
2. Tipe-tipe gangguan kepribadian
Berdasarkan Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) gangguan kepribadian
dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu :
Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik.
Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.
Kelompok B : orang dengan prilaku yang terlalu
dramatis, emosional, atau eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari
gangguan kepribadian antisosisal, ambang, histrionik, narsistik.
Kelompok C : orang yang sering kali tampak cemas dan
ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan
obsesif-konpulsif.[4]
Berikut ini akan dijelaskan satu
persatu tipe-tipe gangguan kepribadian yaitu, sbb :
1. Gangguan kepribadian Paranoid
Biasanya diatandai
dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada
orang-orang di lingkungan sekitarnya.[5] Ia
juga hypersensitive, rigid (kaku), anxious (pecemburu) dan
argumentatif (suka berdebat). Mereka cenderung melihat diri sendiri
sebagai yang baik, yang tidak memiliki cacat, dan jarang mampu melihat
kekurangan dirinya, meskipun dia tahu.[6]
Gejala lain yaitu
keterbatasan kehidupan afektif yaitu penampakan yang dingin dan tanpa emosi,
merasa bangga dirinya selalu obyektif, rasional dan tidak mudah terangsang
secara emosional. Ia juga tidak ada rasa humor yang wajar, pasif, tidak lembut,
tidak hangat, dan sentimental.[7]
Mereka juga sangat sensitif terhadap kritikan, baik itu nayata maupun yang
dibayangkan. mereka cenderung tidak mempercayakan rahasia pribadi pada orang
lain karena mereka yakin bahwa informasi pribadi akan digunakan untuk menyerang
mereka.
Gangguan ini bisa
ditemukan dari anggota para imigran atau kelompok etnik minoritas, tahanan
politik, atau orang budaya lain yang berprilaku sangat hati-hati atau defensif.[8]
2. Gangguan kepribadian Skizoid
Ciri utamanya
adalah isolasi sosial dan sering kali digambarkan sebagai penyendiri atau
eksentrik, ia juga kehilangan minat pada hubungan sosial. Mereka tampak jauh,
menjaga jarak, dan sikap acuh tak acuh terhadap pujian, kritikan atau perasaan
orang lain. Wajah mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional, dan
mereka jarang bertukar senyum sosial atau salam. [9]
Mereka biasanya
memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Ia juga menyukai
aktifitas atau pekerjaan yang tidak melibatkan orang lain (aktivitas
mandiri/bekerja seorang diri). Kaum pria biasanya tidak menikah karena mereka
tidak dapat melakukan hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif
akan menyetujui untuk menikah dengan kaum pria yang agresif dan sangat
menginginkan mereka menikah dengannya.[10]
3. Gangguan kepribadian Skizotipal
Biasanya tampak
aneh secara mencolok. Mereka sensitif terhadap perasaan atau reaksi orang lain
terhadap dirinya, terutama reaksi yang negatif seperti marah atau tidak senang.[11]
Gangguan ini merupakan pola pikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam
berbicara dan dalam persepsi, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial.
Menurut (Back
& Freeman, 1990) gangguan ini secara umum terbagi menjadi 4 kategori yaitu,
sbb :
a. Paranoid atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu
mencurigai).
b. Referensi ide (idea of reference). Meyakini
kejadian-kejadian acak yang ada disekitarnya berkaitan dengan mereka. Atau
bahwa orang lain sedang membicarakan mereka.
c. Kognisi (pikiran) yang ganjil adalah odd beliefs and magical
thinking (keyakinan aneh dan pemikiran-pemikiran magis). Seperti keyakinan
mereka memiliki indra keenam, telepati, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan
pikiran. (misalnya, dapat meramal masa depan).
d. Pikiran yang aneh adalah illusions (ilusi) yang merupakan
halusinasi yang singkat (misalnya, merasa melihat bapaknya yang sudah meninggal
hadir disampingnya). Dan cenderung memiliki pembicaraan yang kurang jelas,
berputar-putar, samar-samar, atau sangat rumit.[12]
4. Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Ditandai adanya gejala-gejala
afek, mood, tingkah laku dan self-image (identitas diri) yang tidak
stabil serta impulsiveness, berlebih-lebihan, perubahan suasana hati (mood-nya
selalu berubah-ubah) yang drastis (tiba-tiba), perasaan mengganggu yang
sifatnya kronis, dan adanya upaya-upaya
untuk mutilasi (sell-mutilation) atau menyakiti diri sendiri, untuk
mendapatkan sesuatu[13]
atau dengan tujuan mencari pertolongan dari orang lain, untuk mengekspresikan
kemarahan mereka, atau menumpulkan afek-afek yang mereka rasakan.
Mereka merasa
bergantung pada orang lain, namun mereka juga memiliki perasaan bermusuhan
terhadap orang lain. OKI, individu dengan gangguan ini memiliki
hubungan interpersonal yang “hiruk-pikuk”. Mereka juga tidak tahan atau tidak
dapat hidup apabila berada sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda
mereka, walaupun hanya untuk waktu yang singkat (karena moodnya mudah
berubah) mereka akan berusaha mencari teman, walaupun cuma teman duduk.[14]
5. Gangguan kepribadian histrionic
Yaitu melibatkan
emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian
serta cenderung dramatis dan emosional, namun emosi mereka tampak dangkal,
dibesar-besarkan dan mudah berubah.[15]
Ditandai juga
dengan tingkah laku yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka
menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah
terstimulasi oleh lingkungan. Di samping penampilan yang cemerlang tidak mampu
menciptakan hubungan yang mendalam dan menjaga hubungan dalam jangka waktu
panjang.
Mereka selalu
berusaha mencari perhatian dari lingkungan, cenderung untuk melebih-lebihkan
pikiran atau perasaan mereka dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting
dari yang sesungguhnya. [16]
6. Gangguan kepribadian narsistik
Yaitu orang yang
memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka
sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan
prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.[17]
Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakukan khusus
pula. OKI, mereka sangat sulit atau
tidak dapat menerima kritik dari orang lain. Mereka juga tidak mampu untuk
menampilkan empati, kalaupun mereka memberi empati dan simpati, biasanya mereka
memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri.
Masalah-masalah
yang biasanya muncul adalah sulit
membina interpersonal, penolakan dari orang lain, kehilangan sesuatu atau
masalah dalam pekerjaan dan tidak mampu mengatasi stres yang mereka rasakan
dengan baik.[18]
7. Gangguan kepribadian menghindar (Avoidant)
Kunci gangguan ini
adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang tampak adalah
tingkah laku menarik diri. Mereka sebenarnya sangat ingin berelasi dengan orang
lain, namun mereka malu dan sangat takut jika tidak diterima. Mereka juga
memiliki perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri,
takut berbicara di depan public atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka
sering kali menyalah artikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau
mempermalukan dirinya.[19]
Mereka tidak mau,
lebih tepat tidak berani ikut dalam suatu gerakan di lingkungan sosial.
Perilakunya sering diwarnai oleh kemurungan, rasa tidak aman (insecurity) dalam
berinteraksi sosial, dan dalam memulai suatu relasi sosial.[20]
8. Gangguan kepribadian dependen
Yaitu
menggambarkan orang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk diasuh oleh orang lain. Hal ini membuat
mereka sangat patuh dan melekat dalam hubungan mereka serta sangat takut akan
perpisahan. Mereka juga sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan
dari orang lain. Mereka mencari saran dalam membuat keputusan yang paling kecil
sekalipun.
Karena takut akan
penolakan atau takut berakhirnya suatu hubungan dekat, maka mereka sering
menomerduakan keinginan dan kebutuhan mereka demi orang lain. Mereka setuju
akan pernyataan yang aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal
yang merendahkan diri untuk menyenangkan orang lain.[21]
9. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Yaitu sebuah
gangguan yang ditandai oleh cara berhubungan dengan orang lain yang kaku,
kecenderungan perfeksionis, kurangnya spontanitas, dan perhatian yang
berlebihan akan detail. Mereka sangat terpaku pada kebutuhan akan kesempurnaan
sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu tepat waktu. Apa yang
mereka lakukan pasti gagal memenuhi harapan mereka, dan mereka memaksa diri
untuk mengerjakan ulang pekerjaan mereka.
Mereka juga sulit
mengekspresikan perasaan, sulit untuk bersantai dan menikmati aktivitas yang
menyenangkan, mereka khawatir akan biaya dari aktivitas senggang tersebut.[22]
3. Penanganan gangguan kepribadian
1. Terapi obat
Obat antidepresan
atau antikecemasan dapat digunakan untuk mengendalikan simtom namun tidak dapat
mengubah pola perilaku yang mendasarinya.
2. Teori kognitif-behavioral
Untuk mendorong
tingkah laku yang adaptif, untuk mengembangkan keterampilan sosial yang lebih
efektif, dan untuk menggantikan cara berfikir yang salah dengan alternatif
rasional.[23]
3. Terapi psikodinamika
Dengan menemukan
asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang
diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.
Metode yang
digunakan salah satunya adalah dengan asosiasi bebas yaitu di mana seorang
klien diberi pelajaran untuk menceritakan apa saja yang hadir dalam pikirannya,
mencoba untuk tidak menyaring pikiran apapun. Kemudian terapis mencatat
tema-tema apa yang terjadi dalam asosiasi bebas klien. Bersikap empatik dan
mendengarkan tidak menilai, terapis membangun hubungan saling percaya dengan
klien. Terapis secara berhati-hati melakukan penafsiran dan konfrontasi,
sehingga klien dapat menerima dan berespons terhadap hal itu tanpa cemas.[24]
4. Terapi secara islami
Menurut Psikiater
Dadang Hawari, pada gangguan kepribadian diatas ini diberikan terapi
psikofarmaka (obat-obatan anti-psikotik, anti-cemas dan anti-depresi) juga
diberikan terapi psikoreligi.[25]
No.
|
Tipe-tipe
|
Terapi
yang digunakan
|
Dalil yang
berkaitan
|
1.
|
Paranoid
|
Jangan berburuk
sangka ataupun dngki dg orang lain & melakukn sholat, berdo’a dan berdzikir.
|
“Aku senantiasa
berada disamping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama
ia tetap ingat pada-Ku”. (H.R. Bukharai dan Muslim
|
2.
|
Skizoid
|
Banyak melakukan
silaturahmi (sosialisasi) agar kehidupannya emosinya tidak menjadi dingin
atau acuh tak acuh dan melakukan sholat,berdo’a & dzikir.
|
QS. Al-Hujurat : 13
“Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa & bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.”
Dan terdapat juga di QS. An-Nahl
: 97
|
3.
|
Skizotipal
|
Orang dengan gangguan
keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir dan
puasa.
|
“Puasa itu
bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum. Akan tetapi
sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia
serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (H.R. Al Hakim)
Dan terdapat juga di QS.
Al Ankabut : 45
|
4.
|
Ambang
|
Orang dengan gangguan
keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan
sabar.
|
QS. Ar-Ra’d : 28
“(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Dan terdapat juga di QS.Al-Baqarah:
153, QS. Al-Ankabut : 45, QS. Ali Imron : 139
|
5.
|
Histeri-onik
|
Orang dengan gangguan
keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan
sabar.
|
QS. Al-Ankabut : 45
“Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adlh lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dan terdapat juga di QS.
Al-Baqarah : 153, QS. Az-Zumar : 53
|
6.
|
Narsistik
|
Orang dengan gangguan
keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan
sabar serta tidak sombong.
|
QS. Luqman : 18
“Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri.”
Dan terdapat juga di QS.
Luqman : 17 dan 19
|
7.
|
Meng-hindar
|
Orang dengan gangguan
keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan
sabar serta perbanyak silaturahmi.
|
QS. Luqman : 17
“Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dri
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).”
Dan terdapat juga di QS.
Al-Hujurat : 13
|
8.
|
Dependen
|
Orang dengan gangguan
keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan
sabar
|
QS. Ali Imran : 139
“Janganlah kamu bersikap
lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang
yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Dan terdapat juga di
QS.Al-Baqarah : 153
|
9.
|
Obsesif-Kompulsif
|
Banyak melakukan
sholat,berdo’a,berdziki, dan sabar
|
QS. Luqman : 17-19
|
IV. SIMPULAN
Dari pemaparan
diatas penulis menyimpulkan bahwasannya individu dikatakan mengalami gangguan
kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif
dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama.
Menurut DSM
tipe-tipe kepribadian terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu sbb :
KELOMPOK
|
TIPE
|
CIRI/TANDA
|
A (Odd / Eccentric)
|
Paranoid
|
Penuh kecurigaan,
sulit untuk mempercayai orang lain.
|
Schizoid
|
Menarik
diri,menyisishkan diri dari orang lain, penyendiri.
|
|
Schizotypal
|
Cenderung memiliki
tingkah laku dan kepercayaan yang aneh, terisolasi dari lingkungan.
|
|
B (Dramatic /
Emotional)
|
Ambang
|
Tidak stabil dan
cenderung impulsif
|
Histerik
|
Mendramatisir, relasi
yang tidak mendalam dengan orang lain, mencari perhatian secara berlebihan.
|
|
Narsistik
|
Merasa dirinya hebat,
tidak mampu berempati, mementingkan diri sendiri (fokus utama adlh diri
sendiri)
|
|
Antisosial
|
Manipulatif, kejam,
tanpa belas kasihan dan tanpa rasa bersalah
|
|
C (Anxious / Fearful)
|
Menghindar
|
Sensitif, sangat
pemalu
|
Dependen
|
Tergantung orang
lain, minim inisiatif
|
|
Obsesif-Kompulsif
|
Perfeksionis, selalu
ragu-ragu (bimbang
|
V. PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami uraikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah
dan kekurangan adalah bagian dari kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang kontruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Fausiah, Fitri, dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal :
Klinis Dewasa, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2008
Hawari, Dadang, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian
Lainnya, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009, cet. 2
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Psikologi
Abnormal : Edisi ke lima jilid I, Jakarta : Erlangga, 2005
Wiramihardja, Sutardjo A., Pengantar Psikologi Abormal,
Bandung : PT Refika Aditama, 2007, cet. 2.
[1]
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal
: Edisi ke lima jilid I, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm. 273
[2]
Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal : Klinis Dewasa,
(Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2008) hlm. 142
[3] Ibid.
hlm. 143
[4]
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm.
273
[5]
Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 144
[6]
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abormal, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), cet. 2, hlm. 117
[7]
Dadang Hawari, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya,
(Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009), cet. 2, hlm. 68
[8]
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm.
274
[9] Ibid.
274-275
[10]
Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 146-147
[11] Ibid.
hln. 149
[12]
Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 120. Lihat juga Jeffrey S. Nevid,
Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 276
[13] Ibid.
126
[14]
Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154
[15]
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm.
282
[16]
Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154
[17]
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm.
283
[18]
Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 159-160
[19] Ibid.
hlm. 162
[20]
Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 128
[21]
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm.
286-287
[22] Ibid.
hlm. 288
[23] Ibid.
hlm. 301
[24]
Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 176-177
[25]
Dadang Hawari, Op.Cit. hlm. 69-96
No comments:
Post a Comment