HARAM COPY PASTE KESELURUHAN

Catatan yang ada diblog ini saya harap jangan di copy paste semua. karena ini arsip pribadi perkuliahan saya. Jika toh memang membutuhkan referensi tambahan dari blog saya ini, cantumkan juga alamat laman ini.
terima kasih..

Friday, October 24, 2014

Gangguan Kepribadian

GANGGUAN KEPRIBADIAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Abnormal
Dosen Pengampu : Sri Rejeki, M.Si.















Disusun Oleh :

LUKMAN HAKIM               (124411026)


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.         PENDAHULUAN
Kita semua memiliki gaya berprilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih sosial. Beberapa dari kita tipe pengikut, yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain, sementara yang lain menghindari inisiatif sosial karena takut dikecewakan.
Saat pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptif sehingga dapat menyebabakan distres personal yang signifikan atau mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, maka pola perilaku dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.

II.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian gangguan kepribadian?
2.      Apa saja jenis-jenis gangguan kepribadian?
3.      Bagaimana penanganan gangguan kepribadian?

III.   PEMBAHASAN
1.      Pengertian gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian (personality disorder) adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal; sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating.[1]
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari (misalnya, dalam relasi sosial dan pekerjaan).[2]
Orang yang mengalami gangguan ini tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif (ego-sintonik) sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.[3]

2.      Tipe-tipe gangguan kepribadian
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) gangguan kepribadian dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu :
Kelompok A    : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.
Kelompok B    : orang dengan prilaku yang terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosisal, ambang, histrionik, narsistik.
Kelompok C    : orang yang sering kali tampak cemas dan ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-konpulsif.[4]
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu tipe-tipe gangguan kepribadian yaitu, sbb :
1.      Gangguan kepribadian Paranoid
Biasanya diatandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya.[5] Ia juga hypersensitive, rigid (kaku), anxious (pecemburu) dan argumentatif (suka berdebat). Mereka cenderung melihat diri sendiri sebagai yang baik, yang tidak memiliki cacat, dan jarang mampu melihat kekurangan dirinya, meskipun dia tahu.[6]
Gejala lain yaitu keterbatasan kehidupan afektif yaitu penampakan yang dingin dan tanpa emosi, merasa bangga dirinya selalu obyektif, rasional dan tidak mudah terangsang secara emosional. Ia juga tidak ada rasa humor yang wajar, pasif, tidak lembut, tidak hangat, dan sentimental.[7] Mereka juga sangat sensitif terhadap kritikan, baik itu nayata maupun yang dibayangkan. mereka cenderung tidak mempercayakan rahasia pribadi pada orang lain karena mereka yakin bahwa informasi pribadi akan digunakan untuk menyerang mereka.
Gangguan ini bisa ditemukan dari anggota para imigran atau kelompok etnik minoritas, tahanan politik, atau orang budaya lain yang berprilaku sangat hati-hati atau defensif.[8]

2.      Gangguan kepribadian Skizoid
Ciri utamanya adalah isolasi sosial dan sering kali digambarkan sebagai penyendiri atau eksentrik, ia juga kehilangan minat pada hubungan sosial. Mereka tampak jauh, menjaga jarak, dan sikap acuh tak acuh terhadap pujian, kritikan atau perasaan orang lain. Wajah mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional, dan mereka jarang bertukar senyum sosial atau salam. [9]
Mereka biasanya memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Ia juga menyukai aktifitas atau pekerjaan yang tidak melibatkan orang lain (aktivitas mandiri/bekerja seorang diri). Kaum pria biasanya tidak menikah karena mereka tidak dapat melakukan hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif akan menyetujui untuk menikah dengan kaum pria yang agresif dan sangat menginginkan mereka menikah dengannya.[10]
3.      Gangguan kepribadian Skizotipal
Biasanya tampak aneh secara mencolok. Mereka sensitif terhadap perasaan atau reaksi orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi yang negatif seperti marah atau tidak senang.[11] Gangguan ini merupakan pola pikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam berbicara dan dalam persepsi, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial.
Menurut (Back & Freeman, 1990) gangguan ini secara umum terbagi menjadi 4 kategori yaitu, sbb :
a.       Paranoid atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai).
b.      Referensi ide (idea of reference). Meyakini kejadian-kejadian acak yang ada disekitarnya berkaitan dengan mereka. Atau bahwa orang lain sedang membicarakan mereka. 
c.       Kognisi (pikiran) yang ganjil adalah odd beliefs and magical thinking (keyakinan aneh dan pemikiran-pemikiran magis). Seperti keyakinan mereka memiliki indra keenam, telepati, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan pikiran. (misalnya, dapat meramal masa depan).
d.      Pikiran yang aneh adalah illusions (ilusi) yang merupakan halusinasi yang singkat (misalnya, merasa melihat bapaknya yang sudah meninggal hadir disampingnya). Dan cenderung memiliki pembicaraan yang kurang jelas, berputar-putar, samar-samar, atau sangat rumit.[12]
4.      Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Ditandai adanya gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self-image (identitas diri) yang tidak stabil serta impulsiveness, berlebih-lebihan, perubahan suasana hati (mood-nya selalu berubah-ubah) yang drastis (tiba-tiba), perasaan mengganggu yang sifatnya kronis, dan  adanya upaya-upaya untuk mutilasi (sell-mutilation) atau menyakiti diri sendiri, untuk mendapatkan sesuatu[13] atau dengan tujuan mencari pertolongan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan mereka, atau menumpulkan afek-afek yang mereka rasakan.
Mereka merasa bergantung pada orang lain, namun mereka juga memiliki perasaan bermusuhan terhadap orang lain.  OKI,  individu dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang “hiruk-pikuk”. Mereka juga tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila berada sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya untuk waktu yang singkat (karena moodnya mudah berubah) mereka akan berusaha mencari teman, walaupun cuma teman duduk.[14]
5.      Gangguan kepribadian histrionic
Yaitu melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian serta cenderung dramatis dan emosional, namun emosi mereka tampak dangkal, dibesar-besarkan dan mudah berubah.[15]
Ditandai juga dengan tingkah laku yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan. Di samping penampilan yang cemerlang tidak mampu menciptakan hubungan yang mendalam dan menjaga hubungan dalam jangka waktu panjang.
Mereka selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan, cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya. [16]

6.      Gangguan kepribadian narsistik
Yaitu orang yang memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.[17] Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakukan khusus pula.  OKI, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain. Mereka juga tidak mampu untuk menampilkan empati, kalaupun mereka memberi empati dan simpati, biasanya mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri.
Masalah-masalah yang  biasanya muncul adalah sulit membina interpersonal, penolakan dari orang lain, kehilangan sesuatu atau masalah dalam pekerjaan dan tidak mampu mengatasi stres yang mereka rasakan dengan baik.[18]
7.      Gangguan kepribadian menghindar (Avoidant)
Kunci gangguan ini adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang tampak adalah tingkah laku menarik diri. Mereka sebenarnya sangat ingin berelasi dengan orang lain, namun mereka malu dan sangat takut jika tidak diterima. Mereka juga memiliki perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut berbicara di depan public atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka sering kali menyalah artikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya.[19]
Mereka tidak mau, lebih tepat tidak berani ikut dalam suatu gerakan di lingkungan sosial. Perilakunya sering diwarnai oleh kemurungan, rasa tidak aman (insecurity) dalam berinteraksi sosial, dan dalam memulai suatu relasi sosial.[20]
8.      Gangguan kepribadian dependen
Yaitu menggambarkan orang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk  diasuh oleh orang lain. Hal ini membuat mereka sangat patuh dan melekat dalam hubungan mereka serta sangat takut akan perpisahan. Mereka juga sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Mereka mencari saran dalam membuat keputusan yang paling kecil sekalipun.
Karena takut akan penolakan atau takut berakhirnya suatu hubungan dekat, maka mereka sering menomerduakan keinginan dan kebutuhan mereka demi orang lain. Mereka setuju akan pernyataan yang aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang merendahkan diri untuk menyenangkan orang lain.[21]
9.      Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Yaitu sebuah gangguan yang ditandai oleh cara berhubungan dengan orang lain yang kaku, kecenderungan perfeksionis, kurangnya spontanitas, dan perhatian yang berlebihan akan detail. Mereka sangat terpaku pada kebutuhan akan kesempurnaan sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu tepat waktu. Apa yang mereka lakukan pasti gagal memenuhi harapan mereka, dan mereka memaksa diri untuk mengerjakan ulang pekerjaan mereka.
Mereka juga sulit mengekspresikan perasaan, sulit untuk bersantai dan menikmati aktivitas yang menyenangkan, mereka khawatir akan biaya dari aktivitas senggang tersebut.[22]

3.      Penanganan gangguan kepribadian
1.      Terapi obat
Obat antidepresan atau antikecemasan dapat digunakan untuk mengendalikan simtom namun tidak dapat mengubah pola perilaku yang mendasarinya.
2.      Teori kognitif-behavioral
Untuk mendorong tingkah laku yang adaptif, untuk mengembangkan keterampilan sosial yang lebih efektif, dan untuk menggantikan cara berfikir yang salah dengan alternatif rasional.[23]
3.      Terapi psikodinamika
Dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.
Metode yang digunakan salah satunya adalah dengan asosiasi bebas yaitu di mana seorang klien diberi pelajaran untuk menceritakan apa saja yang hadir dalam pikirannya, mencoba untuk tidak menyaring pikiran apapun. Kemudian terapis mencatat tema-tema apa yang terjadi dalam asosiasi bebas klien. Bersikap empatik dan mendengarkan tidak menilai, terapis membangun hubungan saling percaya dengan klien. Terapis secara berhati-hati melakukan penafsiran dan konfrontasi, sehingga klien dapat menerima dan berespons terhadap hal itu tanpa cemas.[24]
4.      Terapi secara islami
Menurut Psikiater Dadang Hawari, pada gangguan kepribadian diatas ini diberikan terapi psikofarmaka (obat-obatan anti-psikotik, anti-cemas dan anti-depresi) juga diberikan terapi psikoreligi.[25]
No.
Tipe-tipe
Terapi yang digunakan
Dalil yang berkaitan
1.
Paranoid
Jangan berburuk sangka ataupun dngki dg orang lain & melakukn sholat, berdo’a dan berdzikir.
“Aku senantiasa berada disamping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat pada-Ku”. (H.R. Bukharai dan Muslim
2.
Skizoid
Banyak melakukan silaturahmi (sosialisasi) agar kehidupannya emosinya tidak menjadi dingin atau acuh tak acuh dan melakukan sholat,berdo’a & dzikir.
QS. Al-Hujurat : 13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa & bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”
Dan terdapat juga di QS. An-Nahl : 97
3.
Skizotipal
Orang dengan gangguan keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir dan puasa.
“Puasa itu bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum. Akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (H.R. Al Hakim)
Dan terdapat juga di QS. Al Ankabut : 45
4.
Ambang
Orang dengan gangguan keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan sabar.
QS. Ar-Ra’d : 28
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Dan terdapat juga di QS.Al-Baqarah: 153, QS. Al-Ankabut : 45, QS. Ali Imron : 139
5.
Histeri-onik
Orang dengan gangguan keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan sabar.
QS. Al-Ankabut : 45
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adlh lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dan terdapat juga di QS. Al-Baqarah : 153, QS. Az-Zumar : 53
6.
Narsistik
Orang dengan gangguan keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan sabar serta tidak sombong.
QS. Luqman : 18
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Dan terdapat juga di QS. Luqman : 17 dan 19
7.
Meng-hindar
Orang dengan gangguan keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan sabar serta perbanyak silaturahmi.
QS. Luqman : 17
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dri perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Dan terdapat juga di QS. Al-Hujurat : 13
8.
Dependen
Orang dengan gangguan keprbadian ini hendaknya banyak melakukan sholat, berdo’a, berdzikir, dan sabar
QS. Ali Imran : 139
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Dan terdapat juga di QS.Al-Baqarah : 153
9.
Obsesif-Kompulsif
Banyak melakukan sholat,berdo’a,berdziki, dan sabar
QS. Luqman : 17-19

IV.   SIMPULAN
Dari pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwasannya individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama.
Menurut DSM tipe-tipe kepribadian terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu sbb :
KELOMPOK
TIPE
CIRI/TANDA
A (Odd / Eccentric)
Paranoid
Penuh kecurigaan, sulit untuk mempercayai orang lain.
Schizoid
Menarik diri,menyisishkan diri dari orang lain, penyendiri.
Schizotypal
Cenderung memiliki tingkah laku dan kepercayaan yang aneh, terisolasi dari lingkungan.
B (Dramatic / Emotional)
Ambang
Tidak stabil dan cenderung impulsif
Histerik
Mendramatisir, relasi yang tidak mendalam dengan orang lain, mencari perhatian secara berlebihan.
Narsistik
Merasa dirinya hebat, tidak mampu berempati, mementingkan diri sendiri (fokus utama adlh diri sendiri)
Antisosial
Manipulatif, kejam, tanpa belas kasihan dan tanpa rasa bersalah
C (Anxious / Fearful)
Menghindar
Sensitif, sangat pemalu
Dependen
Tergantung orang lain, minim inisiatif
Obsesif-Kompulsif
Perfeksionis, selalu ragu-ragu (bimbang




V.      PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah dan kekurangan adalah bagian dari kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita.





DAFTAR PUSTAKA

Fausiah, Fitri, dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal : Klinis Dewasa, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2008
Hawari, Dadang, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009, cet. 2
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal : Edisi ke lima jilid I, Jakarta : Erlangga, 2005
Wiramihardja, Sutardjo A., Pengantar Psikologi Abormal, Bandung  : PT Refika Aditama,  2007, cet. 2.




[1] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal : Edisi ke lima jilid I, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm. 273
[2] Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal : Klinis Dewasa, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2008) hlm. 142
[3] Ibid. hlm. 143
[4] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 273
[5] Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 144 
[6] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abormal, (Bandung  : PT Refika Aditama,  2007), cet. 2, hlm. 117
[7] Dadang Hawari, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya, (Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009), cet. 2, hlm. 68
[8] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 274
[9] Ibid. 274-275
[10] Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 146-147
[11] Ibid. hln. 149
[12] Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 120. Lihat juga Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 276
[13] Ibid. 126
[14] Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154
[15] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 282
[16] Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154
[17] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 283
[18] Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 159-160
[19] Ibid. hlm. 162
[20] Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 128
[21] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 286-287
[22] Ibid. hlm.  288
[23] Ibid. hlm.  301
[24] Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 176-177
[25] Dadang Hawari, Op.Cit. hlm. 69-96

No comments:

Post a Comment