PILIHANKU TAK SALAH
Sebut saja namaku Fadhil, aku seorang pemuda yang bisa
dibilang sudah cukup umur. Aku menjalin hubungan dekat dengan seseorang yang
aku sukai selama delapan tahun, waktu yang tidak sebentar memang, karena kami
berkomitemen satu untuk pernikahan walaupun hubungan kami putus nyampung.
Hubungan kami bukanlah hubungan seperti orang pacaran sekarang lakukan, kami
jarang bertemu, tidak pegang-pegangan, dll. Hubungan kami sebatas ta’aruf tidak
lebih dan hubungan ini bisa dibilang jarak jauh. Aku juga alumni pondok
pesantren Purworejo dan Kudus, jadi dalam berhubungan aku tidak sembarangan,
tidak mengedepankan nafsu dan kami saling menjaga komitmen bahwa Agama harus
dijunjung tinggi.
Dan akhirnya sampailah pada keputusan final, kami
berkomitmen untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang pernikahan. Aku maupun
dia sudah mantap dan sudah mengetahui karakter masing-masing. Akan tetapi
hubungan kami kurang disetujui oleh keluarga kami masing-masing. Aku malah
sering dijodohkan keluarga dengan wanita-wanita pelihannya, mulai dari anak seorang pejabat desa, orang
biasa sampai orang yang cantik, tapi semua itu aku tolak aku sudah mantap
dengan pilahanku itu. Hal ini juga dialami pasanganku, dia juga dijodohkan
keluarganya dengan laki-laki lain, tapi dia sudah mantap juga dengan aku. Jadi,
semua pilihan dari orang tua, kami tolak demi konsistensi hubungan kami.
Kemudia aku nekat, aku sedikit memaksa keluargaku untuk
menyetujui niatan kami yang mulia itu. Jika keinginanku ini tidak diizinkan
oleh keluargaku maka aku akan mondok lagi ke Jawa Timur. Orang tuaku tinggal
ibuku saja, sedangkan bapakku sudah meninggal. Ibu saya rayu dan bujuk,
akhirnya usahaku berhasil membuat hati luluh kelurgaku. Akhirnya pada tahun
2004 kami melangsungkan pernikahan, inipun dengan modal nekat, aku bahkan tidak
mempuyai uang, tapi Allah maha kaya, maka Subhana Allah, Allah menunjukkan
kuasaNya, pernikahan kami tetap belangsung.
Setelah pernikahan itu, secara otomatis aku menjadi
seorang pimpinan dan tulang punggung dalam keluarga, yang harus memberi nafkah
lahir dan bathin. Demi memberi nafkah lahir, aku mulai berwirausaha dengan
menjual krupuk ketela. Saya membeli krupuk ketela mentah selanjutnya saya
goreng sendiri dan saya titipkan krupuk itu diwarung-warung sekitar kompleks
kami. Dan ketika sudah waktunya penarikan, saya keliling dari warung satu ke
warung lain untuk melihat perkembangannya dan sekaligus menarik hasil krupuk
yang sudah laku. Akan tetapi, nasib baik tidak bersamaku, aku tidak mendapat
uang dari hasil penarikanku itu. Hal ini menjadikanku bingung sekaligus repot
dengan istriku, saya merasa berat hati jika harus mengatakan yang sesungguhnya.
Kemudian aku kuatkan hatiku dan aku putuskan untuk berbicara apa adanya kepada
istriku, karena itulah jalan yang terbaik, jika saya berbohong maka akan tambah
parah situasinya. Akhirnya aku bilang kepada istriku “Dek, maaf hari ini aku
tidak dapat uang”, kemudian istriku menjawab “Iya tidak apa-apa mas, aku
terima kok, tenang mas besok masih ada hari kok”. Subhana Allah jawaban
istriku itu seperti hati yang semula panas lalu kemudian disiram dengan air es,
sungguh hati ini menjadi adem, tenang, dan segar (menjadikan aku termotivasi
untuk semakin semangat). Dan inilah yang menjadi penyebab aku memilihnya,
karena sifat dan karakternya baik, tenang, menerima, dan penyemangat. Disamping
berjualan krupuk, aku juga membuka rental komputer dirumahku.
Setelah
dapat infomasi dari saudara saya bahwa ada rumahnya yang kosong yang tidak
ditempatinya. Kemudian kami memutuskan untuk pindah dari rumah ibuku ke rumah
saudaraku yang rumahnya kosong, kami sudah sangat repot jika harus selalu
numpang dirumah ibu. Ibuku orangnya sangat baik dan penyayang kepada anaknya,
ibu melihat kehidupan kami yang pas-pasan, yang mungkin tidak tidak bisa bangun
rumah sendiri, dan akhirnya ibuku membuatkan rumah untuk kami tinggal. Melihat
rumah/tempat kami yang strategis, maka dari situ kami dapat inspirasi untuk
mendirikan usaha baru, yaitu mendirikan foto copy, rental komputer, cetak
undangan, dan menyediakan ATK. Awalnya saya sama sekali tidak mengerti dalam
dunia komputer, tidak punya keahlian (mulai dari nol). Kemudian saya putuskan
untuk belajar dengan sungguh-sungguh, saya belajar kepada teman-teman yang ahli
dalam komputer, terkadang juga sampai jam 12 malam belajarnya. Akhirnya sedikit demi sedikit saya mengerti
dan menguasai komputer, dan sekarang alhamdulillah usaha ini berkembang dengan
baik. Kemudian juga usaha krupuk kami tinggalkan. Saya orangnya tegas, jika
tidak ya tidak dan jika iya ya iya. Jika sudah terjun dalam bidang ini ya harus
ditekuni dengan sungguh-sugguh.
(Kisah Nyata)
No comments:
Post a Comment