HARAM COPY PASTE KESELURUHAN

Catatan yang ada diblog ini saya harap jangan di copy paste semua. karena ini arsip pribadi perkuliahan saya. Jika toh memang membutuhkan referensi tambahan dari blog saya ini, cantumkan juga alamat laman ini.
terima kasih..

Wednesday, November 19, 2014

KONSEP PERSEPSI DALAM PSIKOLOGI

KONSEP PERSEPSI DALAM PSIKOLOGI


Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdullah Hadziq, MA












Disusun oleh :
LUKMAN HAKIM              (124411026)
 


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I.             PENDAHULUAN
Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang yang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembangnya melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Seperti halnya diri fisik kita, maka diri sosial dan diri psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang sejalan dengan usia hidup kita.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada dirinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini orang akan berusaha untuk mengenali dan memahami siapa dirinya.
Sehubungan dengan beberapa hal diatas. Penulis menggangkat judul “Persepsi”.

II.          RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian persepsi?
2.      Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam persepsi?
3.      Apa saja macam-macam persepsi?
4.      Bagaimana proses persepsi?

III.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian Persepsi
Dalam bukunya yang berjudul Psychology of Perception, William N. Dember dan Jeoul S. Warm mengatakan bahwa kata “perception” tidak bisa terlepas dari kata “perceiving”. Mereka mengatakan bahwa “perceiving connotes activity or process” sementara “perception connotes a thing or state”.[1] Dari kedua istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu hasil atau gambaran dari proses perceiving: mengamati, melihat, ataupun mengintrepetasikan suatu objek.
         Pada seorang bayi yang baru lahir, bayangan-bayangan yang sampai ke otak masih tercampur aduk sehingga bayi belum dapat membeda-bedakan benda-benda dengan jelas. Semakin besar anak itu, semakin baik struktur susunan syaraf dan otaknya, serta bertambahnya pengalaman anak tersebut. Dia mulai dapat mengenal banyak objek satu-persatu, membedakan antara satu benda dengan yang lainnya dan mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa. Dia mulai dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek, sedangkan objek-objek lain di sekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasikan disebut persepsi.[2]
Persepsi bisa dimaknai sebagai proses membuat penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat dalam lapangan penginderaan seseorang. Penilaian atau pembentukan kesan ini adalah dalam upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Harvey & Smith; Wrigthsman & Deaux). Atau bisa juga sebagai suatu proses melekatkan atau memberikan makna kepada informasi sensori yang diterima seseorang.
Persepsi tidak dapat dilepaskan dari proses penginderaan. Karena persepsi didahului dengan suatu penginderaan, yaitu diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau reseptor, baik itu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, maupun peraba. Kemudian, stimulus yang diterima oleh reseptor akan diteruskan oleh susunan syaraf menuju otak untuk kemudian terjadilah proses persepsi. Proses penginderaan ini terjadi setiap kali individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.[3]
Untuk melakukan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu:[4]
1.         Adanya objek yang diresepsi.
2.         Alat indera atau reseptor.
3.         Syaraf sensoris sebagai penerus stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak.
4.         Perhatian, yaitu untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi akan sesuatu.
         Dari keempat hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu persepsi diperlukan syarat-syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis, dan psikologis.[5] Ketika stimulus mengenai alat indera atau reseptor, proses ini disebut dengan proses fisik atau kealaman. Kemudian dilanjutkan dengan proses fisiologi dimana stimulus yang diterima alat indera dilanjutkan oleh susunan syaraf menuju otak.
         Selanjutnya akan terjadi suatu proses di dalam otak dimana individu dapat menyadari apa yang ia terima. Stimulus yang mengenai individu diorganisasikan dan diintrepetasikan sehingga terbentuklah persepsi terhadap stimulus yang diterimanya. Proses ini disebut dengan proses psikologi.
         Di samping itu, menurut Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan suatu proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan suatu proses pengorganisasian, pengintrepetasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated bagi indiviu. Karena merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.[6]
         Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenakan satu stimulus saja, melainkan bermacam-macam stimulus datang melalui lingkungan sekitar. Akan tetapi tidak semua stimulus itu direspon oleh individu, melainkan hanya stimulus yang memiliki persuasi atau yang menarik bagi individu. Selain itu, keadaan individu juga menjadi aspek penentu stimulus mana yang akan diterima oleh individu. Yang perlu diingat adalah bahwa persepsi merupakan aktivitas integrated, sehingga apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kerangka acuan, kemampuan berpikir, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan berpengaruh dalam mengadakan persepsi. Untuk itu, meskipun stimulus yang diberikan sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, maka kemungkinan hasil persepsi antara individu yang satu dengan yang lain akan berbeda. Keadaan ini menggambarkan bahwa persepsi bersifat individual (Davidoff, 1981).[7]


B.     Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
         Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Apa yang ada di dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi (fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman dan ingatan, suasana hati), inilah yang dimaksud dengan faktor internal. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor stimulus dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam mengadakan persepsi.
         Stimulus yang dapat dipersepsi adalah stimulus yang cukup kuat, yang harus melewati ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran dan dapat dipersepsi oleh individu.
         Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu berhubungan dengan segi jasmaniah dan segi psikologis. Bila sistem fisiologisnya terganggu maka akan berpengaruh pada persepsi seseorang, sedangkan jika segi psikologis seperti yang telah dipaparkan diatas terganggu maka akan berpengaruh pada seseorang untuk mengadakan persepsi. Lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh terhadap persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia.

C.     Jenis-jenis persepsi
         Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh inderamenyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis
1.       Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan memengaruhi bayi dan balitauntuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.       Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3.       Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4.       Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori
5.       Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah[8]
Alat-alat indra tadi amatlah membantu dalam kehidupan seseorang. Ia dapat memberi sensasi. Sensasi adalah stimulan dari dunia luar yang dibawa masuk ke dalam sistem syaraf. Hampir semua “hal” di dunia ini dibawa masuk oleh indra melalui sensasi. Merasakan permen coklat yang berwarna coklat gelap (dilihat), dengan tekstur halus (diraba), manis rasanya dan lembut lelehannya (lidah) adalah kumpulan fungsi sensasi dari permen coklat yang dimakan. Jika tiba-tiba muncul dalam pikiran anda bahwa “seumur-umur baru kali ini makan permen coklat seperti ini karena belum pernah makan yang seenak ini. Habis keseringan makan permen coklat cap ayam,” hal itu disebut interpretasi dari stimulan yang diterima. Selanjutnya jika anda berfikir “wah ini pasti coklat import yang mahal harganya” itu merupakan persepsi. Mengapa ? sesuai definisinya bahwa persepsi proses kombinasi dari sensasi yang diterima oleh organ dan hasil interpretasinya (hasil olah otak) (Quinn, 1995). Bentuk, tekstur, dan rasa yang anda terima merupakan sensasi, sedangkan perbandingan yang anda lakukan adalah interpretasi.[9]

D.    Proes Persepsi
         Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan prantara rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-rangasangan (stimulus-respons/SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subproses psikologi lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsanga-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan  bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
         Perpepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan kadang-kadang disebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan. Sudah tentu, ada pula cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun rumus S-R dikemukakan di sini karena telah diterima secara luas oleh para psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya mudah dipahami dan digunakanoleh ilmu sosial lainnya (Hennessy, 1981:117)
         Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Dlm proses persepsi, terdapat 3 komponan utama berikut:
1.      Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2.      Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
3.      Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
         Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan seseorang pada saat itu pemusatan persepsi itu disebut “perhatian”.
         Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan-rangsangan yang saampai kepada kita, sehingga tidak kita terma  secara kacau. Perhatian dipengaruhi aleh beberapa faktor yang dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati itu sendiri, intensitas atau ukuran, kontras atau pengulangan, dan gerakan sedangkan faktor dalam adalah adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu si pengamat, yaitu mptif, kesediaan, dan harapan (Dirgagunasra, 1996: 107).
         Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langka yang terlibat dalam prosesnya.tahap-tahap ini tidaklah saling terpisa bener dalam kenyatannya, ketiganya bersifat countinu, bercampur baur, dan berumpang tindih satu sama lain.
1.      Terjadinya stimulasi alat indra (sensory stimulation)
Pada tahap pertama. Alat-alat indra distimulasi (dirangsang): kita mendegarkan alat musik. Kita melihat seorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kiat mencicipi sepotong kue. Kiat merasakan telapak tangan berkeringat ketika kita berjabat tangan.
2.      Stimulasi terhadap alat indra diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indar diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang  sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximility) atau kemiripan: orang atau pesan secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai suatu kesatuan (unity).
3.      Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima. Penafsiran/evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melaikan juga sangat dipengaruhi pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.[10]

IV.       SIMPULAN
Proses persepsi tidak bisa terlepas dari proses penginderaan. Karena persepsi diawali dengan adanya stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Kemudian stimulus tersebut dibawa oleh susunan syaraf menuju otak. Di otak inilah stimulus yang mengenai individu diorganisasikan dan diintrepetasikan sehingga terbentuklah persepsi terhadap stimulus yang diterimanya.
Simpelnya persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami, alat untuk memperoleh informasi disebut indra, dan alat untuk memahaminya adalah kesadaran (kognisi).
         Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan.
Dan persepsi ada beberapa jenis yang berkaitan dengan indra, yaitu : persepsi visual (penglihatan); persepsi auditori (telinga); persepsi perabaan (kulit); persepsi penciuman (hidung); persepsi pengecapan (lidah).

V.          PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat. Makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh karenanya, saya mohon masukan kritik dan saran dari semua pihak untuk memperkaya materi, memperdalam pemahaman dan juga perbaikan untuk makalah selanjutnya. Terakhir, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi semua pihak. Terima kasih.














DAFTAR PUSTAKA

Demmer, William N. dan Joel S. Warm, Psychology of Perception, USA, 1928.
Fitriyah, Lailatul dan Muhammad Jauhar, Pengantar psikologi Umum, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2004.
Sarwono, Sarlito W., Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012 cet.4
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta : Andi, 2002.



[1] William N. Demmer dan Joel S. Warm, Psychology of Perception, (USA, 1928), hlm. 3.
[2] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet.4, hlm. 85-86
[3] Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta : Andi, 2002), hlm. 45.
[4] Lailatul Fitriyah dan Muhammad Jauhar, Pengantar psikologi Umum, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2004), hlm. 120.
[5] Ibid. hlm. 122
[6] Bimo Walgito, Op.Cit, hlm. 46.
[7] Ibid. hlm. 47
[9] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit. hlm. 93

No comments:

Post a Comment