HARAM COPY PASTE KESELURUHAN

Catatan yang ada diblog ini saya harap jangan di copy paste semua. karena ini arsip pribadi perkuliahan saya. Jika toh memang membutuhkan referensi tambahan dari blog saya ini, cantumkan juga alamat laman ini.
terima kasih..

Wednesday, November 19, 2014

PERSEPSI SOSIAL

I.             PENDAHULUAN
Seseorang memiliki kecenderungan umum untuk memberikan penilaian atau untuk mengetahui seperti apa orang yang baru ditemuinya. Kecenderungan untuk memberikan cap semacam ini masih saja terlihat pada masa-masa sekarang ini dimana hubungan antar individu terasa semakin merenggang. Fenomena-fenomena semacam inilah yang menarik perhatian para ahli untuk mempelajari lebih lanjut, sehingga muncullah teori-teori persepsi sosial.
Salah satu faktor yang dapat menjelaskan kecenderungan di atas adalah konsep filsafat sifat manusia (philosophies of human nature). Menurut konsep ini, ada harapan pada seseorang agar orang lain mempunyai kualitas tertentu dan akan berperilaku sesuai dengan kualitas yang dimilikinya. Karena harapan akan munculnya perilaku ini sering dilandasi oleh adanya fakta-fakta obyektif, maka seringkali tidak terwujud dalam kenyataannya. Dengan kata lain, harapan tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi nyata orangnya.[1] Hal inilah yang mendasari adanya persepsi sosial.

II.          RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian persepsi?
2.      Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam persepsi?
3.      Apa yang dimaksud dengan persepsi sosial?

III.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian Persepsi
Dalam bukunya yang berjudul Psychology of Perception, William N. Dember dan Jeoul S. Warm mengatakan bahwa kata “perception” tidak bisa terlepas dari kata “perceiving”. Mereka mengatakan bahwa “perceiving connotes activity or process” sementara “perception connotes a thing or state”.[2] Dari kedua istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu hasil atau gambaran dari proses perceiving: mengamati, melihat, ataupun mengintrepetasikan suatu objek.
Persepsi tidak dapat dilepaskan dari proses penginderaan. Karena persepsi didahului dengan suatu penginderaan, yaitu diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau reseptor, baik itu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, maupun peraba. Kemudian, stimulus yang diterima oleh reseptor akan diteruskan oleh susunan syaraf menuju otak untuk kemudian terjadilah proses persepsi. Proses penginderaan ini terjadi setiap kali individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.[3]
Untuk melakukan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu:[4]
1.         Adanya objek yang diresepsi.
2.         Alat indera atau reseptor.
3.         Syaraf sensoris sebagai penerus stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak.
4.         Perhatian, yaitu untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi akan sesuatu.
         Dari keempat hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu persepsi diperlukan syarat-syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis, dan psikologis.[5] Ketika stimulus mengenai alat indera atau reseptor, proses ini disebut dengan proses fisik atau kealaman. Kemudian dilanjutkan dengan proses fisiologi dimana stimulus yang diterima alat indera dilanjutkan oleh susunan syaraf menuju otak.
Selanjutnya akan terjadi suatu proses di dalam otak dimana individu dapat menyadari apa yang ia terima. Stimulus yang mengenai individu diorganisasikan dan diintrepetasikan sehingga terbentuklah persepsi terhadap stimulus yang diterimanya. Proses ini disebut dengan proses psikologi.
         Di samping itu, menurut Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan suatu proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan suatu proses pengorganisasian, pengintrepetasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated bagi indiviu. Karena merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.[6]
         Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenakan satu stimulus saja, melainkan bermacam-macam stimulus datang melalui lingkungan sekitar. Akan tetapi tidak semua stimulus itu direspon oleh individu, melainkan hanya stimulus yang memiliki persuasi atau yang menarik bagi individu. Selain itu, keadaan individu juga menjadi aspek penentu stimulus mana yang akan diterima oleh individu. Yang perlu diingat adalah bahwa persepsi merupakan aktivitas integrated, sehingga apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kerangka acuan, kemampuan berpikir, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan berpengaruh dalam mengadakan persepsi. Untuk itu, meskipun stimulus yang diberikan sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, maka kemungkinan hasil persepsi antara individu yang satu dengan yang lain akan berbeda. Keadaan ini menggambarkan bahwa persepsi bersifat individual (Davidoff, 1981).[7]

B.     Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
         Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Apa yang ada di dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi, inilah yang dimaksud dengan faktor internal. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor stimulus dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam mengadakan persepsi.
         Stimulus yang dapat dipersepsi adalah stimulus yang cukup kuat, yang harus melewati ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran dan dapat dipersepsi oleh individu.
         Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu berhubungan dengan segi jasmaniah dan segi psikologis. Bila sistem fisiologisnya terganggu maka akan berpengaruh pada persepsi seseorang, sedangkan jika segi psikologis seperti yang telah dipaparkan diatas terganggu maka akan berpengaruh pada seseorang untuk mengadakan persepsi. Lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh terhadap persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia.

C.     Persepsi Sosial
         Berkaitan dengan persepsi, objek persepsi dapat berasal dari luar diri orang yang mempersepsi dan dapat pula berasal dari dalam. Bila objek persepsi terletak di luar diri individu, maka objek persepsi itu bisa bermacam-macam, misalkan berwujud benda-benda, situasi, dan dapat juga berwujud manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau disebut non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang, disebut dengan persepsi sosial atau social perception (Heider, 1958).[8] Lebih rinci lagi, Tagiuri dalam Lindzey dan Aronson menjelaskan bahwa persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, mengintrepetasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifatnya, kualitasnya, dan keadaan lain yang ada pada diri orang yang dipersepsi.
         Manusia memiliki kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, dan pengalaman-pengalaman tertentu sehingga ketika seseorang dijadikan objek persepsi, ia dapat melakukan sesuatu yang dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi. Sehingga kadang-kadang atau justru sering, hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hal ini tidak akan dijumpai apabila objek yang dipersepsi bukan manusia atau orang. Ini berarti bahwa orang yang dipersepsi dapat memberikan pegaruh kepada orang yang mempersepsi.
         Dari uraian di atas, ada beberapa hal yang berperan dalam proses mempersepsi manusia, yaitu (1) keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi; (2) situasi atau keadaan social yang melatarbelakangi; dan (3) keadaan orang yang mempersepsi. Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi social yang melatarbelakangi stimulus personnya berbeda, maka akan berbeda pula hasil persepsinya (Tagiuri dan Petrullo, 1958).[9]
         Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman, atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi akan berpengaruh ketika ia melakukan persepsi. Hal itu dikarenakan persepsi merupakan suatu aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi berdasarkan pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi, maka hasil persepsi akan berbeda apabila orang yang dipersepsi memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan asek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi. Hal ini terjadi karena perseptor memberikan ciri-ciri atau kesan kepada orang yang dipersepsi hanya berdasarkan petunjuk yang samar-samar. Ciri-ciri ini menampilkan konstansi, meskipun terlihat variasi-variasi dan pemberian ciri itu terjadi secara selektif dalam arti bahwa ciri-ciri itu dipengaruhi oleh keadaan-keadaan psikologis si perseptor.[10]
         Situasi social yang melatarbelakangi stimulus person juga akan memebawa perbedaan dalam mempersepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk bersikap demikian, maka hal tersebut akan mempengaruhi seseorang yang berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam persepsi, khususnya persepsi sosial.[11]
IV.       Kesimpulan
Proses persepsi tidak bisa terlepas dari proses penginderaan. Karena persepsi diawali dengan adanya stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Kemudian stimulus tersebut dibawa oleh susunan syaraf menuju otak. Di otak inilah stimulus yang mengenai individu diorganisasikan dan diintrepetasikan sehingga terbentuklah persepsi terhadap stimulus yang diterimanya.
         Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan.
Persepsi memiliki dua objek, bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau disebut non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang, disebut dengan persepsi sosial atau social perception. Jika objek persepsi berupa manusia, maka objek yang dipersepsi tersebut (manusia)  dapat memberikan pegaruh kepada orang yang mempersepsi. Hal ini menunjukkan adanya beberapa peran penting dalam proses mempersepsi manusia, yaitu (1) keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi; (2) situasi atau keadaan social yang melatarbelakangi; dan (3) keadaan orang yang mempersepsi.


V.          Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat. Makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh karenanya, kami mohon masukan kritik dan saran dari semua pihak untuk memperkaya materi, memperdalam pemahaman dan juga perbaikan untuk makalah selanjutnya. Terakhir, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi semua pihak. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006.
Demmer, William N. dan Joel S. Warm, Psychology of Perception, USA, 1928.
Walgito, Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Andi, 2002.
Fitriyah, Lailatul dan Muhammad Jauhar, Pengantar psikologi Umum, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2004.
Newcomb, Theodore M., dkk., Psikologi Sosial, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.

No comments:

Post a Comment