I.
PENDAHULUAN
Seseorang
memiliki kecenderungan umum untuk memberikan penilaian atau untuk mengetahui
seperti apa orang yang baru ditemuinya. Kecenderungan untuk memberikan cap
semacam ini masih saja terlihat pada masa-masa sekarang ini dimana hubungan
antar individu terasa semakin merenggang. Fenomena-fenomena semacam inilah yang
menarik perhatian para ahli untuk mempelajari lebih lanjut, sehingga muncullah
teori-teori persepsi sosial.
Salah satu faktor
yang dapat menjelaskan kecenderungan di atas adalah konsep filsafat sifat
manusia (philosophies of human nature). Menurut konsep ini, ada harapan
pada seseorang agar orang lain mempunyai kualitas tertentu dan akan berperilaku
sesuai dengan kualitas yang dimilikinya. Karena harapan akan munculnya perilaku
ini sering dilandasi oleh adanya fakta-fakta obyektif, maka seringkali tidak
terwujud dalam kenyataannya. Dengan kata lain, harapan tersebut belum tentu
sesuai dengan kondisi nyata orangnya.[1]
Hal inilah yang mendasari adanya persepsi sosial.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian persepsi?
2.
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam persepsi?
3.
Apa yang dimaksud dengan persepsi sosial?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Persepsi
Dalam bukunya yang berjudul Psychology of Perception, William N.
Dember dan Jeoul S. Warm mengatakan bahwa kata “perception” tidak bisa
terlepas dari kata “perceiving”. Mereka mengatakan bahwa “perceiving
connotes activity or process” sementara “perception connotes a
thing or state”.[2]
Dari kedua istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu hasil
atau gambaran dari proses perceiving: mengamati, melihat, ataupun mengintrepetasikan
suatu objek.
Persepsi tidak dapat dilepaskan dari proses penginderaan. Karena persepsi
didahului dengan suatu penginderaan, yaitu diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera atau reseptor, baik itu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, maupun peraba. Kemudian, stimulus yang diterima oleh
reseptor akan diteruskan oleh susunan syaraf menuju otak untuk kemudian
terjadilah proses persepsi. Proses penginderaan ini terjadi setiap kali
individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat
indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.[3]
Untuk
melakukan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu:[4]
1.
Adanya objek yang diresepsi.
2.
Alat indera atau reseptor.
3.
Syaraf sensoris sebagai penerus stimulus yang diterima reseptor ke
pusat susunan syaraf yaitu otak.
4.
Perhatian, yaitu untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi
akan sesuatu.
Dari keempat hal di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu persepsi diperlukan
syarat-syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis, dan psikologis.[5]
Ketika stimulus mengenai alat indera atau reseptor, proses ini disebut dengan
proses fisik atau kealaman. Kemudian dilanjutkan dengan proses fisiologi dimana
stimulus yang diterima alat indera dilanjutkan oleh susunan syaraf menuju otak.
Selanjutnya akan terjadi suatu proses di dalam otak dimana individu
dapat menyadari apa yang ia terima. Stimulus yang mengenai individu diorganisasikan
dan diintrepetasikan sehingga terbentuklah persepsi terhadap stimulus yang
diterimanya. Proses ini disebut dengan proses psikologi.
Di samping itu,
menurut Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan suatu proses yang integrated
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan suatu proses pengorganisasian, pengintrepetasian
terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated bagi indiviu. Karena
merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa
yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.[6]
Keadaan menunjukkan
bahwa individu tidak hanya dikenakan satu stimulus saja, melainkan
bermacam-macam stimulus datang melalui lingkungan sekitar. Akan tetapi tidak
semua stimulus itu direspon oleh individu, melainkan hanya stimulus yang
memiliki persuasi atau yang menarik bagi individu. Selain itu, keadaan individu
juga menjadi aspek penentu stimulus mana yang akan diterima oleh individu. Yang
perlu diingat adalah bahwa persepsi merupakan aktivitas integrated,
sehingga apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kerangka acuan, kemampuan berpikir, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri
individu akan berpengaruh dalam mengadakan persepsi. Untuk itu, meskipun
stimulus yang diberikan sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan
berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, maka kemungkinan hasil persepsi
antara individu yang satu dengan yang lain akan berbeda. Keadaan ini
menggambarkan bahwa persepsi bersifat individual (Davidoff, 1981).[7]
B.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
Persepsi dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Apa yang ada di
dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi,
inilah yang dimaksud dengan faktor internal. Sedangkan faktor eksternal
meliputi faktor stimulus dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung.
Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor
internal saling berinteraksi dalam mengadakan persepsi.
Stimulus yang dapat
dipersepsi adalah stimulus yang cukup kuat, yang harus melewati ambang
stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan
kesadaran dan dapat dipersepsi oleh individu.
Mengenai keadaan
individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu
berhubungan dengan segi jasmaniah dan segi psikologis. Bila sistem
fisiologisnya terganggu maka akan berpengaruh pada persepsi seseorang,
sedangkan jika segi psikologis seperti yang telah dipaparkan diatas terganggu
maka akan berpengaruh pada seseorang untuk mengadakan persepsi. Lingkungan atau
situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh terhadap persepsi,
lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia.
C.
Persepsi Sosial
Berkaitan dengan
persepsi, objek persepsi dapat berasal dari luar diri orang yang mempersepsi
dan dapat pula berasal dari dalam. Bila objek persepsi terletak di luar diri
individu, maka objek persepsi itu bisa bermacam-macam, misalkan berwujud
benda-benda, situasi, dan dapat juga berwujud manusia. Bila objek persepsi
berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau
disebut non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud
manusia atau orang, disebut dengan persepsi sosial atau social perception
(Heider, 1958).[8]
Lebih rinci lagi, Tagiuri dalam Lindzey dan Aronson menjelaskan bahwa persepsi
sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, mengintrepetasikan
dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifatnya, kualitasnya, dan
keadaan lain yang ada pada diri orang yang dipersepsi.
Manusia memiliki
kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, dan
pengalaman-pengalaman tertentu sehingga ketika seseorang dijadikan objek
persepsi, ia dapat melakukan sesuatu yang dapat mempengaruhi orang yang
mempersepsi. Sehingga kadang-kadang atau justru sering, hasil persepsi tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hal ini tidak akan dijumpai apabila objek
yang dipersepsi bukan manusia atau orang. Ini berarti bahwa orang yang
dipersepsi dapat memberikan pegaruh kepada orang yang mempersepsi.
Dari uraian di atas,
ada beberapa hal yang berperan dalam proses mempersepsi manusia, yaitu (1)
keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi; (2)
situasi atau keadaan social yang melatarbelakangi; dan (3) keadaan orang yang
mempersepsi. Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi social yang
melatarbelakangi stimulus personnya berbeda, maka akan berbeda pula hasil
persepsinya (Tagiuri dan Petrullo, 1958).[9]
Pikiran, perasaan,
kerangka acuan, pengalaman-pengalaman, atau dengan kata lain keadaan pribadi
orang yang mempersepsi akan berpengaruh ketika ia melakukan persepsi. Hal itu
dikarenakan persepsi merupakan suatu aktivitas yang integrated. Bila orang yang
dipersepsi berdasarkan pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi
orang yang mempersepsi, maka hasil persepsi akan berbeda apabila orang yang
dipersepsi memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan asek-aspek
lain yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi. Hal ini terjadi karena
perseptor memberikan ciri-ciri atau kesan kepada orang yang dipersepsi hanya
berdasarkan petunjuk yang samar-samar. Ciri-ciri ini menampilkan konstansi,
meskipun terlihat variasi-variasi dan pemberian ciri itu terjadi secara
selektif dalam arti bahwa ciri-ciri itu dipengaruhi oleh keadaan-keadaan
psikologis si perseptor.[10]
Situasi social yang
melatarbelakangi stimulus person juga akan memebawa perbedaan dalam mempersepsi
seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya
tidak memungkinkan untuk bersikap demikian, maka hal tersebut akan mempengaruhi
seseorang yang berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu situasi sosial yang
melatarbelakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam persepsi,
khususnya persepsi sosial.[11]
IV.
Kesimpulan
Proses persepsi tidak bisa terlepas dari proses penginderaan.
Karena persepsi diawali dengan adanya stimulus yang mengenai alat indra atau
reseptor. Kemudian stimulus tersebut dibawa oleh susunan syaraf menuju otak. Di
otak inilah stimulus yang mengenai individu diorganisasikan dan
diintrepetasikan sehingga terbentuklah persepsi terhadap stimulus yang
diterimanya.
Persepsi dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu
dan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan.
Persepsi memiliki dua objek, bila objek persepsi berwujud
benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau disebut non-social
perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang,
disebut dengan persepsi sosial atau social perception. Jika objek
persepsi berupa manusia, maka objek yang dipersepsi tersebut (manusia) dapat memberikan pegaruh kepada orang yang
mempersepsi. Hal ini menunjukkan adanya beberapa peran penting dalam proses
mempersepsi manusia, yaitu (1) keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia
yang akan dipersepsi; (2) situasi atau keadaan social yang melatarbelakangi;
dan (3) keadaan orang yang mempersepsi.
V.
Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat. Makalah ini sangatlah
jauh dari kata sempurna, oleh karenanya, kami mohon masukan kritik dan saran dari semua pihak untuk memperkaya materi, memperdalam pemahaman dan juga perbaikan
untuk makalah selanjutnya. Terakhir, semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi semua pihak. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Faturochman, Pengantar
Psikologi Sosial, Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006.
Demmer, William
N. dan Joel S. Warm, Psychology of Perception, USA, 1928.
Walgito, Bimo
Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Andi, 2002.
Fitriyah,
Lailatul dan Muhammad Jauhar, Pengantar psikologi Umum, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2004.
Newcomb,
Theodore M., dkk., Psikologi Sosial, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.
No comments:
Post a Comment